Kisahku Yang Memuaskan Tante Rani & Yuni Adiknya

Sudah menjadi cita-citanya sejak kecil untuk bisa duduk di bangku perguruan tinggi. Apalagi kenyataan yang ada di kampungnya, masih dengan mudah dihitung dengan jari orang-orang yang telah duduk di bangku perguruan tinggi. Bukan karena tidak ada kemauan, tetapi dari semua itu dikarenakan kebanyakan dari mereka keluarga yang sangat sederhana dan rata-rata berada digaris kemiskinan.
Kisahku Yang Memuaskan Tante Rani & Yuni Adiknya
Liputan Cinta Semalam - Selain itu jarak antara perguruan tinggi yang ada sangat jauh, sehingga bila ada yang berkeinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi harus berganti mobil angkot minimal lima kali, itu juga dengan bantuan kendaraan roda dua yaitu ojeg. Sangat beruntung bagi Arie bisa sampai menyelesaikan pendidikan di bangku SMA. Tapi lepas dari SMA kebingungan menyertainya, karena tidak tahu harus bagaimana lagi setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Keinginan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi tetap besar.

Namun semua itu tentunya sangat berhubungan dengan biaya. Apalagi kalau kuliahnya harus pulang pergi, tentunya biaya akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya kuliahnya. Dengan segala kegelisahan yang ada, akhirnya semuanya diceritakan di hadapan kedua orang tuanya. Mereka dengan penuh bijaksana menerangkan semua kemungkinan yang akan terjadi dari kemungkinan kekurangan uang dengan akan menjual sepetak sawah. Sampai dengan alternatif untuk tinggal di rumah kakak ibunya.

Mendengar antusiasnya kedua orang tuanya, membuat semangat Arie bertambah untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Memang keluarganya bisa dikatakan mapan untuk ukuran orang-orang yang ada di kampung itu. Kedua orang tuanya memiliki beberapa petak sawah dan menjadi salah satu tokoh di kampung itu.

“Arie..” sapa ibunya ketika Arie sedang merapikan beberapa pakaian untuk dibawa ke kota. Ini ada surat dari ayahmu untuk Oom di kota nanti. Sebuah surat yang mungkin penegasan dari ayah Arie untuk menyakinkan bahwa anaknya akan tinggal untuk sementara waktu di rumah Oomnya. Sebetulnya orang tua Arie sudah menelepon Tuan Budiman tetapi karena Tuan Budiman dan Arie sangat jarang sekali bertemu maka orang tua Arie memberikan surat penegasan bahwa anaknya akan tinggal di Bandung, di rumah Oomnya untuk sementara waktu.

Oomnya yang bernama Budiman memang paling kaya dari keluarga ibunya yang terdiri dari empat keluarga. Oomnya yang tinggal di Bandung dan mempunyai beberapa usaha dibidang jasa, percetakan sampai dengan sebuah surat kabar mingguan dan juga bisnis lainnya yang sangat berhasil.

Hubungan antara Oomnya yang bernama Budiman dan kedua orang tua Arie sebetulnya tidak ada masalah, hanya karena kedua orang tua Arie yang sering memberikan nasehat karena kelakuan Oomnya yang sering berganti-ganti istri dan akibat dari berganti-ganti istri itu sehingga anak-anaknya tercecer di mana-mana. Menurut ibu Arie, Oomnya telah berganti istri sampai dengan empat kali dan sekarang ia sedang menduda.

Dari keempat istri tersebut Budiman dianugerahi empat anak, dua dari istri yang pertama dan duanya lagi dari istri-istri yang kedua dan ketiga sedang dari istri yang keempat Om Budiman tidak mempunyai anak. Anak Om Budiman yang paling bungsu di bawah Arie dua tahun dan ia masih SMA di Bandung. Jadi usia Om Budiman kira-kira sekarang berada diatas limapuluh tahun.

Sesampainya di kota Bandung yang begitu banyak aktivitas manusia, Arie langsung masuk ke sebuah kantor yang bertingkat tiga. Kedatangannya ke kantor itu disambut oleh kedua satpam yang menyambutnya dengan ramah. Belakangan diketahui namannya Asep dari papan nama yang dikenakan di bajunya.

“Selamat siang Pak,” Tegur Arie kepada salah satu satpam yang ada dua orang.
“Selamat siang Dik, ada yang bisa dibantu,” jawab satpam yang bernama Asep.
“Anu Pak, apa Bapak Budiman ada?”
“Bapak Budiman yang mana Dik,” tegas satpam Asep, karena melihat suatu keraguan bahwa tidak mungkin bosnya ada bisnis dengan anak kecil yang baru berumur dua puluh tahunan.
“Anu Pak, apa ini PT. Rido,” tanya Arie menyusul keraguan satpam. Karena sebetulnya Arie juga belum pernah tahu di mana kantor-kantor Oomnya itu, apalagi bisnis yang digelutinya.

“Iya.. Benar Dik, dan Bapak Budiman itu adalah pemilik perusahaan ini,” tegas satpam Asep menjelaskan tentang keberadaan PT.Rido dan siapa pemiliknya.
“Adik ini siapa,” tanya satpam kepada Arie, sambil mempersilakan duduk di meja lobby bawah.
“Saya Arie Pak, keponakan dari Bapak Budiman dari desa Gunung Heulang.”
“Keponakan,” tegas satpam, sambil terus mengangkat telepon menghubungi Pak Dadi kepercayaan Tuan Budiman.

Selang beberapa menit kemudian Pak Dadi datang menghampiri Arie sambil memberikan selamat datang di kota Bandung. “Arie.. Apa masih ingat sama Bapak,” kata Pak Dadi sambil duduk seperti teman lama yang baru ketemu.
Mimik Arie jadi bingung karena orang yang datang ini ternyata sudah mengenalnya.

“Maaf Pak, Arie Sudah lupa dengan Bapak,” kata Arie sambil terus mengigat-ingat.
Pak Dadi terus menerangkan dirinya, “Saya yang dulu sering mancing bersama Tuan Budiman ketika Arie berumur kurang lebih lima tahun.”
Arie jadi bingung, “Wah, Bapak bisa saja.. mana saya ingat Pak, itu kan sudah bertahun-tahun.”

Selanjutnya obrolan dengan Pak Dadi yang belakangan ini diketahui selain kepercayaan di kantor, ia juga sebagai tangan kanan Tuan Budiman. Bapak Dadi mengetahui apa pun tentang Tuan Budiman. Kadangkala anak Om Budiman sering minta uang pada Pak Dadi bila ternyata Om Budiman sedang keluar kota. Malah belakangan ini Om Budiman membeli sebuah rumah dan di belakangnya dibuat lagi rumah yang tidak kalah besarnya untuk Pak Dadi dan istrinya sedangkan yang depan dipakai oleh istri mudanya yang kurang lebih baru berumur 35 tahun.

“Aduh Dik Arie, Bapak tadi dapat perintah dari Tuan Budiman bahwa ia tidak dapat menemani Dik Arie karena harus pergi ke Semarang untuk urusan bisnis. Dan saya diperintahkan untuk mencukupi keperluan Dik Arie. Nah, sekarang kamu mau langsung pulang atau kita jalan-jalan dulu,” sambung Pak Dadi melihat ekpresi Arie yang sedikit kecewa karena ketakutan akan tempat tinggal.   Cerita Dewasa 

Melihat gelagat itu Pak Dadi langsung berkomentar, “Jangan takut Dik Arie pokoknya kamu tidak akan ada masalah,” tegur Pak Dadi sambil menegaskan akan tidur dimana dan akan kuliah dimana, itu semunya telah diaturnya karena mempunyai uang dan uang sangat berkuasa dibidang apapun.

Mendengar itu Arie menjadi tersenyum, sambil melihat-lihat orang yang berlalu lalang di depanya. Kebetulan pada saat itu jam masuk karyawan sudah dimulai. Begitu banyak karyawati yang cantik-cantik ditambah lagi dengan penampilannya yang mengunakan rok mini. Keberadaan Arie sebagai keponakan dari pemilik perusahan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ditambah lagi dengan postur badan Arie yang atletis dan wajah yang gagah membuat para karyawati semakin banyak yang tersenyum bila melewati Arie dan Pak Dadi yang sedang asyik ngobrol.

Mereka tersenyum ketika bertatap wajah dengan Arie dan ia sengaja duduk di lobby depan, meskipun tawaran untuk pindah ke lobby tengah terus dilontarkan oleh Pak Dadi karena takut dimarahi oleh Tuan Budiman. Memang tempat lobby itu banyak orang lalu lalang keluar masuk perusahaan, dan semua itu membuat Arie menjadi betah sampai-sampai lupa waktu karena keasyikan cuci mata.

Keasyikan cuci mata terhenti ketika Pak Dadi mengajaknya pulang dengan mengendarai sebuah mobil sedan dengan merek Mesri terbaru, melaju ke sebuah kawasan villa yang terletak di pinggiran kota Bandung. Sebuah pemukiman elit yang terletak di pinggiran Kota Bandung yang berjarak kurang lebih 17 Km dari pusat kota. Sebuah kompleks yang sangat mengah dan dijaga oleh satpam.

Laju mobil terhenti di depan rumah biru yang berlantai dua dengan halaman yang luas dan di belakangnya terdapat satu rumah yang sama megahnya, kolam renang yang cantik menghiasi rumah itu dan sebagai pembatas antara rumah yang sering didiami Om Budiman dan rumah yang didiami Pak Dadi dan Istrinya. Sedangkan pos satpam dan rumah kecil ada di samping pintu masuk yang diisi oleh Mang Ade penjaga rumah dan istrinya Bi Enung yang selalu menyiapkan makanan untuk Nyonya Budiman. Ketika mobil telah berhenti, dengan sigap Mang Ade membawa semua barang-barang yang ada di bagasi mobil. Satu tas penuh dibawa oleh Mang Ade dan itulah barang-barang yang dibawa Arie. Bi Enung membawa ke ruang tamu sambil menyuruhnya duduk untuk bertemu dengan majikannya.

Pak Dadi yang sejak tadi menemaninya, langsung pergi ke rumahnya yang ada di belakang rumah Om Budiman tetapi masih satu pagar dengan rumah Om Budiman. Pak Dadi meninggalkan Arie, sedangkan Arie ditemani oleh Bi Enung menuju ruang tengah. Setelah Tante Rani datang sambil tersenyum menyapa Arie, Bi Enung pun meninggalkan Arie sambil terlebih dahulu menyuruh menyiapkan air minum untuk Arie.

“Tante sudah menunggu dari tadi Arie,” bisiknya sambil menggenggam tangan Arie tanda mengucapkan selamat datang.
“Sampai-sampai Tante ketiduran di sofa”, lanjut Tante Rani yang pada waktu itu menggunakan rok mini warna Merah. Wajah Tante Rani yang cantik dengan uraian rambut sebahu menampakkan sifatnya yang ramah dan penuh perhatian.
“Tante sudah tahu bahwa Arie akan datang sekarang dan Tante juga tahu bahwa Om Budiman tidak dapat menemanimu karena dia sedang sibuk.”

Obrolan pun mengalir dengan punuh kekeluargaan, seolah-olah mereka telah lama saling mengenal. Tante Rani dengan penuh antusias menjawab segala pertanyaan Arie. Gerakan-gerakan tubuh Tante Rani yang pada saat itu memakai rok mini dan duduk berhadapan dengan Arie membuat Arie salah tingkah karena celana dalam yang berwarna biru terlihat dengan jelas dan gumpalan-gumpalan bulu hitam terlihat indah dan menantang dari balik CD-nya. Paha yang putih dan pinggulnya yang besar membuat kepala Arie pusing tujuh keliling. Meskipun Tante Rani telah yang berumur Kira-kira 35 tahun tapi kelihatan masih seperti gadis remaja.

“Nah, itu Yuni,” kata Tante Rani sambil membawa Arie ke ruang tengah. Terlihat gadis dengan seragam sekolah SMP. Memang ruangan tengah rumah itu dekat dengan garasi mobil yang jumlah mobilnya ada empat buah. Sambil tersenyum, Tante Rani memperkenalkan Arie kepada Yuni. Mendapat teman baru dalam rumah itu Yuni langsung bergembira karena nantinya ada teman untuk ngobrol atau untuk mengerjakan PR-nya bila tidak dapat dikerjakan sendiri.

“Nanti Kak Arie tidurnya sama Yuni ya Kak.” Mendapat pertanyaan itu Arie dibuatnya kaget juga karena yang memberikan penawaran tidur itu gadis yang tingginya hampir sama dengan Arie. Adik kakak yang sama-sama mempunyai badan sangat bangus dan paras yang sangat cantik.

Lalu Tante Rani menerangkan kelakuan Yuni yang meskipun sudah besar karena badannya yang bongsor padahal baru kelas dua SMP. Mendengar keterangan itu, Arie hanya tersenyum dan sedikit heran dengan postur badannya padahal dalam pikiran Arie, ia sudah menaruh hati pada Yuni yang mempunyai wajah yang cantik dam putih bersih itu. Setelah selesai berkeliling di rumah Om Budiman dengan ditemani oleh Tante Rani, Arie masuk ke kamarnya yang berdekatan dengan kamar Yuni.

Memang di lantai dua itu ada empat kamar dan tiap kamar terdapat kamar mandi. Tante Rani menempati kamar yang paling depan sedangkan Arie memilih kamar yang paling belakang, sedangkan kamar Yuni berhadapan dengan kamar Arie. Setelah membuka baju yang penuh keringat, Arie melihat-lihat pemandangan belakang rumah. Tanpa sengaja terlihat dengan jelas Pak Dadi sedang memeluk istrinya sambil nonton TV.

Tangan kanannya memeluk istrinya yang bermana Astri. Sedangkan tangan kirinya menempel sebatang rokok. Keluarga Pak Dadi dari dulu memang sangat rukun tetapi sampai sekarang belum dikeruniai anak dan menurut salah satu dokter pribadi Om Budiman, Pak Dadi divonis tidak akan mempunyai anak karena di dalam spermanya tidak terdapat bibit yang mampu membuahinya.

Hari-hari selanjutnya Arie semakin kerasan tinggal di rumah Om Budiman karena selain Tante Rani Yang ramah dan seksi, juga kelakuaan Yuni yang menggemaskan dan kadang-kadang membuat batang kemaluan Arie berdiri. Arie semakin tahu tentang keadaan Tante Rani yang sebetulnya sangat kesepian. Kenyataan itu ia ketahui ketika ia dan tantenya berbelanja di suatu toko di pusat kota Bandung yang bernama BIP.

Tante Rani dengan mesranya menggandeng Arie, tapi Arie tidak risih karena kebiasaan itu sudah dianggap hal wajar apalagi di depan banyak orang. Tapi yang membuat kaget Arie ketika di dalam mobil, Tante Rani mengatakan bahwa ia sebetulnya tidak bahagia secara batin. Mendengar itu Arie kaget setengah mati karena tidak tahu apa yang harus ia katakan. Tante Rani menceritakan bahwa Om Budiman sekarang itu sudah loyo saat bercinta dengannya.

Arie tambah bingung dengan apa yang harus ia lontarkan karena ia tidak mungkin memberikan kebutuhan itu meskipun selama ini ia sering menghanyalkan bila ia mampu memasukkan burungnya yang besar ke dalam kemaluan Tante Rani. Ketika mobil berhenti di lampu merah, Tante Rani dengan berani tiduran di atas paha Arie sambil terus bercerita tentang kegundahan hatinya selama ini dan dia pun bercerita bahwa cerita ini baru Arie yang mengetahuinya.

Sambil bercerita, lipatan paha Tante Rani yang telentang di atas jok mobil agak terbuka sehingga rok mininya melorot ke bawah. Arie dengan jelas dapat melihat gundukan hitam yang tumbuh di sekitar kemaluan Tante Rani yang terbungkus CD nilon yang sangat transparan itu. Arie menelah ludah sambil terus berusaha menenangkan tantenya yang birahinya mulai tinggi. Ketika Arie akan memindahkan gigi perseneling, secara tidak segaja dia memegang buah dada tantenya yang telah mengeras dan saat itu pula bibir tantenya yang merekah meminta Arie untuk terus merabanya.

Arie menghentikan mobilnya di pinggir jalan menuju rumahnya sambil berkata, “Aku tidak mungkin bisa melakukan itu Tante,” Tante Rani hanya berkata, “Arie, Tolong dong.. Tante sudah tidak kuat lagi ingin gituan, masa Arie tidak kasihan sama Tante.” Tangan Tante Rani dengan berani membuka baju bagian atas dan memperlihatkan buah dadanya yang besar. Terlihat buah dada yang besar yang masih ditutupi oleh BH warna ungu menantang untuk disantap.

Melihat Arie yang tidak ada perlawanan, akhirnya Tante Rani memakai kembali bajunya dan duduk seperti semula sambil diam seperti patung sampai tiba di rumah. Perjalanan itu membuat Arie jadi salah tingkah dengan kelakuan tantenya itu. Kedekatan Arie dengan Yuni semakin menjadi karena bila ada PR yang sulit Yuni selalu meminta bantuan Arie. Pada saat itu Yuni mendapatkan kesulitan PR matematika. Dengan sekonyong-konyong masuk ke kamar Arie. Pada saat itu Ari baru keluar dari kamar mandi sambil merenungkan tentang kelakuannya tadi siang dengan Tante Rani yang menolak melakukan itu.

Arie keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Dengan jelas Yuni melihat batang kemaluan Arie yang mengerut kedinginan. Sambil menutup wajah dengan kedua tangannya, Yuni membalikkan badannya. Arie hanya tersenyum sambil berkata, “Mangkanya, kalau masuk kamar ketok pintu dulu,” goda Arie sambil menggunakan celana pendek tanpa celana dalam. Kebiasaan itu dilakukan agar batang kemaluannya dapat bergerak dengan nyaman dan bebas.

Arie bergerak mendekati Yuni dan mencium pundaknya yang sangat putih dan berbulu-bulu kecil. “Ahh, geli Kak Arie.. Kak Arie sudah pake celana yah,” tanya Yuni.
“Belum,” jawab Arie menggoda Yuni.
“Ahh, cepet dong pake celananya. Yuni mau minta tolong Kak Arie mengerjakan PR,” rengek Yuni sambil tangan kirinya meraba belakang Arie.

Melihat rabaan itu, Arie segaja memberikan batang kemaluannya untuk diraba. Yuni hanya meraba-raba sambil berkata, “Ini apa Kak, kok kenyal.” Mendapat rabaan itu batang kemaluan Arie semakin menengang dan dalam pikirannya kalau dengan Yuni aku mau tapi kalau dengan kakakmu meskipun sama-sama cantiknya tapi aku juga masih punya pikiran yang betul, masa tenteku digarap olehku.

Rabaan Yuni berhenti ketika batang kemaluan Arie sudah menegang setengahnya dan ia melepaskan rabaannya dan langsung membalikkan badannya. Arie kaget dan hampir saja tali kolornya yang terbuat dari karet, menjepit batang kemaluannya yang sudah menegang. Tangan yang tadi digunakan meraba batang kemaluan Arie kembali digunakan menutup wajahnya dan perlahan Yuni membuka tangannya yang menutupi wajahnya dan terlihat Arie sudah memakai celana pendek.

“Nah, gitu dong pake celana,” kata Yuni sambil mencubit dada Arie yang menempel di susu kecil Yuni. “Udah dong meluknya,” rintih Yuni sambil memberikan buku Matematikanya. Saling memeluk antara Arie dan Yuni sudah merupakan hal yang biasa tetapi ketika Arie merasakan kenikmatan dalam memeluk Yuni, Yuni tidak merasakan apa-apa mungkin karena Yuni masih anak ingusan yang badannya saja yang bongsor.

Arie langsung naik ke atas ranjang besarnya dan bersandar di bantal pojok ruangan kamar itu. Meskipun ada meja belajar tapi Arie segaja memilih itu karena Yuni sering menindihnya dengan pantatnya sehingga batang kemaluan Arie terasa hangat dibuatnya. Dan memang seperti dugaan Arie, Yuni tiduran di dada Arie. Pada saat itu Yuni menggunakan daster yang sangat tipis dan di atas paha sehingga celana dalam berwarna putih dan BH juga yang warna putih terlihat dengan jelas. Yuni tidak merasa risih dengan kedaan itu karena memang sudah seperti itu hari-hari yang dilakukan bersama Arie.

Sambil mengerjakan PR, pikiran Arie melayang-layang bagaimana caranya agar ia dapat mengatakan kepada Yuni bahwa dirinya sekarang berubah hati menjadi cinta pada Yuni. Tapi apakah dia sudah mengenal cinta soalnya bila orang sudah mengenal cinta biasanya syahwatnya juga pasti bergejolak bila diperlakukan seperti yang sering dilakukan oleh Arie dan Yuni.  Perselingkuhan

PR pertama telah diselesaikan dengan cepat, Yuni terseyum gembira. Terlihat dengan jelas payudara Yuni yang kecil. Pikiran Arie meliuk-liuk membayangkan seandainya ia mampu meraba susu itu tentunya sangat nikmat dan sangat hangat. Ketegangan Arie semakin menjadi ketika batang kemaluannya yang tanpa celana dalam itu tersentuh oleh pinggul Yuni yang berteriak karena masih ada PR-nya yang belum terisi. Memang posisi Arie menerangkan tersebut ada di bawah Yuni dan pinggul Yuni sering bergerak-gerak karena sifatnya yang agresif.

Gerakan badan Yuni yang agresif itu membuat paha putihnya terlihat dengan jelas dan kadangkala gumpalan kemaluannya terlihat dengan jelas hanya terhalang oleh CD yang berwarna putih. Hal itu membuat nafas Arie naik turun. Yuni tidak peduli dengan apa yang terjadi pada batang kemaluan Arie, malah Yuni semakin terus bermanja-manja dengan Arie yang terlihat bermalas-malasan dalam mengerjakan PR-nya itu. Pikiran Arie semakin kalang kabut ketika Yuni mengerak-gerakkan badan ke belakang yang membuat batang kemaluannya semakin berdiri menegang. Dengan pura-pura tidak sadar Arie meraba gundukan kemaluan Yuni yang terbungkus oleh CD putih. Bukit kemaluan Yuni yang hangat membuat Arie semakin bernafsu dan membuat nafasnya semakin terengah-engah.

“Kak cepat dong kerjakan PR yang satunya lagi. Yang ini, yang nomor sepuluh susah.”
Arie membalikkan badannya sehingga bukit kemaluan Yuni tepat menempel di batang kemaluan Arie. Dalam keadaan itu Yuni hanya mendekap Arie sambil terus berkata, “Tolong ya Kak, nomor sepuluhnya.”
“Boleh, tapi ada syaratnya,” kata Arie sambil terus merapatkan batang kemaluannya ke bukit kemaluan Yuni yang masih terbungkus CD warna Putih.

Pantat Yuni terlihat dengan jelas dan mulai merekah membentuk sebuah badan seorang gadis yang sempurna, pinggul yang putih membuat Arie semakin panas dingin dibuatnya. Yuni hanya bertanya apa syaratnya kata Yuni sambil mengangkat wajahnya ke hadapanya Arie. Dalam posisi seperti itu batang kemaluan Arie yang sudah menegang seakan digencet oleh bukit kemaluan Yuni yang terasa hangat. Arie tidak kuat lagi dengan semua itu, ia langsung mencium mulut Yuni. Yuni hanya diam dan terus menghidar ciuman itu.

“Kaak… apa dong syaratnya”, kata Yuni manja agresif menggerak-gerakkan badannya sehingga bukit kemaluannya terus menyentuh-nyentuh batang kemaluan Arie. Gila anak ini belum tahu apa- apa tentang masalah seks. Memang Yuni tidak merasakan apa-apa dan ia seakan-akan bermain dengan teman wanitanya tidak ada rasa apa pun. “Syaratnya kamu nanti akan kakak peluk sepuasnya.”

Mendengar itu Yuni hanya tertawa, suatu syarat yang mudah, dikirain harus pus-up 1000 kali. Konsenterasi Arie dibagi dua yang satu terus mendekatkan batang kemaluannya agar tetap berada di bawah bukit kemaluan Yuni yang sering terlepas karena Yuni yang banyak bergerak dan satunya lagi berusaha menyelesaikan PR-matematikanya. Yuni terus mendekap badan Arie sambil kadang-kadang menggerakkan lipatan pahanya yang menyetuh paha Arie.

Setelah selesai mengerjakan PR-nya, Arie menggerak-gerakkan pantatnya sehingga berada tepat di atas bukit kemaluan Yuni. Arie semakin tidak tahan dengan kedaaan itu dan langsung meraba-raba pantat Yuni. Ketika Arie akan meraba payudara Yuni. Yuni bangkit dan terus melihat ke wajah Arie, sambil berkata, “PR-nya sudah Kaak.. Arie,” sambil Menguap.
Melihat PR-nya yang sudah dikerjakan Arie, Yuni langsung memeluk Arie erat-erat seperti memeluk bantal guling karena syaratnya itu. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh Arie begitu saja, Arie langsung memeluk Yuni berguling-guling sehingga Yuni sekarang berada di bawah Arie. Mendapat perlakuan yang kasar dalam memeluk itu Yuni berkata, “Masa Kakak meluk Yuni nggak bosan-bosan.” Berbagai alasan Arie lontarkan agar Yuni tetap mau di peluk dan akhirnya akibat gesekan-gesekan batang kemaluan Arie bergerak-gerak seperti akan ada yang keluar, dan pada saat itu Yuni berhasil lepas dari pelukan Arie sambil pergi dan tidak lupa melenggokkan pantatnnya yang besar sambil mencibirkan mulutnya.

Kisahku Yang Memuaskan Tante Rani & Yuni Adiknya“Aduh, Gila si Yuni masih tidak merasakan apa-apa dengan apa yang barusan saya lakukan,” guman Arie dalam hati sambil terus memengang batang kemaluannya. Arie berusaha menetralisir batang kemaluannya agar tidak terlalu tegang. “Tenang ya jago, nanti kamu juga akan menikmati kepunyaan Yuni cuma tinggal waktu saja. Nanti saya akan pura-pura memberikan pelajaran Biologi tentang anatomi badan dan di sanalah akan saya suruh buka baju. Masa kalau sudah dibuka baju masih belum terangsang.”

Arie memang punya prinsip kalau dalam berhubungan badan ia tidak mau enak sediri tapi harus enak kedua-duanya. Itulah pola pikir Arie yang terus ia pertahankan. Seandainya ia mau tentunya dengan gampang ia memperkosa Yuni. Ketegangan batang kemaluan Arie terus bertambah besar tidak mau mengecil meskipun sudah diguyur oleh air. Untuk menghilangkan kepenatan Arie keluar kamar sambil membakar sebatang rokok.

Ternyata Tante Rani masih ada di ruang tengah sambil melihat TV dan meminum susu yang dibuatnya sendiri. Tante Rani yang menggunakan daster warna biru dengan rambut yang dibiarkan terurai tampak sangat cantik malam itu. Lekukan tubuhnya terlihat dengan jelas dan kedua payuadaranya pun terlihat dengan jelas tanpa BH, juga pahanya yang putih dan mulus terpampang indah di hadapannya.

Keadaan itu terlihat karena Tante Rani duduk di sofa yang panjang dengan kaki yang putih menjulur ke depan. Ketenganan Arie semakin memuncak melihat keidahan tubuh Tante Rani yang sangat seksi dan mulus itu.

“Kamu kenapa belum tidur Ari,” kata Tante Rani sambil menuangkan segelas air susu untuk Arie.
“Anu Tante, tidak bisa tidur,” balas Arie dengan gugup.
Memang Tante Rani yang cantik itu tidak merasa canggung dengan keberadaan Arie, ia tidak peduli dengan keberaan Ari malah ia segaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di hadapan Arie yang sudah sangat terangsang.

“Maaf ya, Tante tadi siang telah berlaku kurang sopan terhadap Arie.”
“Tidak apa-apa Tante, Arie mengerti tentang hal itu,” jawab Arie sambil terus menahan gejolak nafsunya yang sudah diluar batas normal ditambah lagi dengan perlakuan Yuni yang membuat batang kemaluannya semakin menegang tidak tentu arah.
“Oom ke mana Tante, kok tidak kelihatan,” tanya Arie mengisi perbincangan.
“Kamu tidak tahu, Oom kan sedang ke Bali mengurus proyek yang baru,” jawab Tante Rani.

Memang Om Budiman sangat jarang sekali ada di rumah dan itu membuat Ari semakin tahu akan kebutuhan batin Tante Rani, tapi itu tidak mungkin dilakukannya dengan tantenya. Arie dan Tante Rani duduk di sofa yang besar sambil sesekali tubuhnya digerak-gerakkan seperti cacing kepanasan. Tak diduga sebelumnya oleh Arie, Tante Rani membuka dasternya yang menutupi paha putihnya yang putih bersih sambil menggaruk-garukkan tangannya di seputar gundukan kemaluannya.

Mata Arie melongo tidak percaya. Dua kali dalam satu hari ia melihat paha Tante Rani, tapi yang ini lebih parah dari yang tadi siang di dalam mobil, sekarang Tante Rani tidak menggunakan celana dalam. Kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang hitam tersingkap dengan jelas dan tangan Tante Rani terus menggaruk-garuk di seputar kemaluannya itu karena merasa ada yang gatal.

Melihat itu Arie semakin gelisah dan tidak enak badan ditambah lagi dengan ketegangan di batang kemaluannya yang semakin menegang.
“Kamu kenapa Arie,” tanya Tante Rani yang melihat wajah Arie keluar keringat dingin.
“Nggak Tante, Arie cuma mungkin capek,” balas Arie sambil terus sekali-kali melihat ke pangkal paha putih milik Tante Rani.

Setelah merasa agak baikan di sekitar kemaluannya, Tante Rani segaja tidak menutup pahanya, malah ia duduk bersilang sehingga terlihat dengan jelas pangkal pahanya dan kemaluannya yang merekah. Melihat Arie semakin menegang, Tante Rani tersenyum dan mempersilakan Arie untuk meminum susu yang dituangkan di dalam gelas itu.

Ketegangan Arie semakin memuncak dan Arie tidak berani kurang ajar pada tantenya meskipun tahu bahwa tantenya segaja memperlihatkan kemulusan pahanya itu. “Tante, saya mau ke paviliun belakang untuk mencari udara segar.” Melihat Arie yang sangat tegang itu Tante Rani hanya tersenyum, dalam pikirannya sebentar lagi kamu akan tunduk padaku dan akan meminta untuk tidur denganku.

Sebelum sampai ke paviliun belakang Arie jalan-jalan dulu di pinggiran kolam lalu ia duduk sambil melihat kolam di depannya. Sambil terus berusaha menahan gejolaknya antara menyetubuhi tantenya atau tidak. Sambil terus berpikir tentang kejadian itu. Tidak segaja ia mendegar rintihan dari belakang yang kebetulan kamar Pak Dadi. Arie terus mendekati kamar Pak Dadi yang kebetulan dekat dengan Paviliun. Arie mengendus-endus mendekati jendela dan ternyata jendelanya tidak dikunci dan dengan mudah Arie dapat melihat adegan suami istri yang sedang bermesraan.

Di dalam kamar yang berukuran cukup besar itu, Arie melihatnya leluasa karena hanya terhalang oleh tumpukan pakaian yang digantung dekat jendela itu. Di dalamnya ternyata Pak Dadi dengan istrinya sedang bermesraan. Istri Pak Dadi yang bernama Astri sedang asyik mengulum batang kejantanan Pak Dadi dengan lahapnya. Dengan penuh birahi Astri terus melahap dan mengulum batang kemaluan Pak Dadi yang ukurannya lebih kecil dari ukuran yang dimiliki Arie. Astri terus mengulum batang kemaluan Pak Dadi. Posisi Pak Dadi yang masih menggunakan pakaian dan celananya yang telah melorot ada di lantai dengan posisi duduk terus mengerang-erang kenikmatan yang tiada bandingnya sedangkan Astri jongkok di lantai.

Terlihat Astri menggunakan CD warna hitam dan BH warna hitam. Erangan-erangan Pak Dadi membuat batang kemaluan Pak Dadi semakin mesra di kulum oleh Astri. Dengan satu gerakan Astri membuka daster yang dipakainya karena melihat suaminya sudah kewalahan dengan kulumannya. Terlihat dengan jelas buah dada yang besar masih ditutupi BH hitamnya. Pak Dadi membantu membuka BH-nya dan dilanjutkan dengan membuka CD hitam Astri. Astri yang masih melekat di bandan Pak Dadi meminta Pak Dadi supaya duduk di samping ranjang.

Lalu Pak Dadi menyuruh Astri telentang di atas ranjang dan pantatnya diganjal oleh bantal sehingga dengan jelas terlihat bibir kemaluan Astri yang merah merekah menantang kejantanan Pak Dadi. Sebelum memasukkan batang kemaluannya, Pak Dadi mengoleskan air ludahnya di permukaan bukit kemaluan Astri. Dengan kaki yang ada di pinggul Pak Dadi, Astri tersenyum melihat hasil karyanya yaitu batang kemaluan suaminya tercinta telah mampu bangkit dan siap bertempur.

Dengan perlahan batang kemaluan Pak Dadi dimasukkan ke dalam liang kemaluan Astri, terlihat Astri merintih saat merasakan kenikmatan yang tiada tara, kepala Astri dibolak-balikkan tanpa arah dan tangannya terus meraba-raba dada Pak Dadi dan sekali-kali meraba buah dadanya. Memang beradunya batang kemaluan Pak Dadi dengan liang senggama Astri terasa cukup lancar karena ukurannya sudah pas dan kegiatan itu sering dilakukannya.

Erangan-erangan Astri dan Pak Dadi membuat tubuh Arie semakin Panas dingin, entah sudah berapa menit lamanya Tante Rani memainkan kemaluan Arie yang sudah menegang, ia tersenyum ketika tahu bahwa di belakangnya ada orang yang sedang memegang kemaluannya.
“Tante, kapan Tante datang”, suara Arie perlahan karena takut ketahuan oleh Pak Dadi sambil berusaha menjauh dari tempat tidur Pak Dadi.

Tangan Tante Rani terus menggandeng Arie menuju ruang tengah sambil tangannya menyusup pada kemaluan Arie yang sudah menegang sejak tadi. Sesampainya di ruang tengah, Arie duduk di tempat yang tadi diduduki Tante Rani, sementara Tante Rani tiduran telentang sambil kepalanya ada seputar pangkal paha Arie dengan posisi pipi kanannya menyentuh batang kemaluan Arie yang sudah menegang.

“Kamu kok orang yang sedang begituan kamu intip, nanti kamu jadi panas dingin dan kalau sudah panas dingin susah untuk mengobatinya. Untung saja kamu tadi tidak ketahuan oleh Pak Dadi kalau kamu ketahuan kamu kan jadi malu. Apalagi kalau ketahuan sama Oommu bisa-bisa Tante ini, juga kena marah.” Tante Rani memberikan nasehat-nasehat yang bijak sambil kepalanya yang ada diantara kedua selangkangan Arie terus digesek-gesek ke batang kemaluan Arie.

“Tante tahu kamu sekarang sudah besar dan kamu juga tahu tentang kehidupan seks. Tapi kamu pura-pura tidak mau,” goda Tante Rani, “Dan kamu sudah tahu keinginan Tantemu ini, kamu malah mengintip kemesraan Pak Dadi,” nasehat-nasehat itu terus terlontar dari bibir yang merah merekah, dilain pihak pipi kirinya digesek-gesekkan pada batang kemaluan Arie.

Arie semakin tidak dapat lagi menahan gejolak yang sangat tinggi dengan tekanan voltage yang berada diluar batas kemanusiaan. “Tante jangan gitu dong, nanti saya jadi malu sama Tante apalagi nanti kalau oom sampai tahu.” Mendengar elakan Arie, Tante Rani malah tersenyum, “Dari mana Oommu tahu kalau kamu tidak memberitahunya.”

Gila, dalam pikiraanku mana mungkin aku memberitahu Oomku. Gerakan kepala Tante Rani semakin menjadi ditambah lagi kaki kirinya diangkat sehingga daster yang menutupi kakinya tersingkap dan gundukan hitam yang terawat dengan bersih terlihat merekah. Bukit kemaluan Tante Rani terlihat dengan jelas dengan ditumbuhi bulu-bulu yang sudah dicukur rapi sehingga terlihat seperti kemaluan gadis seumur Yuni.

Arie sebetulnya sudah tahu akan keinginan Tante Rani. Tapi batinnya mengatakan bahwa dia tidak berhak untuk melakukannya dengan tantenya yang selama ini baik dan selalu memberikan kebutuhan hidupnya. Tanpa disadari tantenya sudah menaikkan celana pendeknya yang longgar sehingga kepala batang kemaluan Arie terangkat dengan bebas dan menyentuh pipi kirinya yang lebut dan putih itu. Melihat Keberhasilanya itu Tante Rani membalikkan badan dan sekarang Tante Rani telungkup di atas sofa dengan kemaluannya yang merekah segaja diganjal oleh bantal sofa.

Tangan Tante Rani terus memainkan batang kemaluan Arie dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. “Aduh punya kamu ternyata besar juga,” bisik Tante Rani mesra sambil terus memainkan batang kejantanan Arie dengan kedua tangannya. “Masa kamu tega sama Tante dengan tidak memberikan reaksi apa pun Riee,” bisik Tante Rani dengan nafas yang berat. Mendengar ejekan itu hati Arie semakin berontak dan rasanya ingin menelan tubuh molek di depannya bulat-bulat dan membuktikan pada tantenya itu bahwa saya sebetulnya bisa lebih mampu dari Pak Dadi.

Mulut Tante Rani yang merekah telah mengulum batang kemaluan Arie dengan liarnya dan terlihat badan Tante Rani seperti orang yang tersengat setrum ribuan volt. “Ayoo doong Riee, masa kamu akan menyiksa Tante dengan begini… ayo dong gerakin tanganmu.” Kata-kata itu terlontar sebanyak tiga kali. Sehingga tangan Arie semakin berani menyentuh pantatnya yang terbuka. Dengan sedikit malu-malu tapi ingin karena sudah sejak tadi batang kemaluan Ari menegang. Arie mulai meraba-saba pantatnya dengan penuh kasih sayang. Mendapakan perlakuan seperti itu, Tante Rani terus semakin menggila dan terus mengulum kepuyaan Arie dengan penuh nafsu yang sudah lama dipendam.

Sedotan bibir Tante Rani yang merekah itu seperti mencari sesuatu di dalam batang kemaluan Arie. Mendapat serangan yang sangat berapi-api itu akhirnya Arie memutar kaki kirinya ke atas sehingga posisi Arie dan tantenya seperti huruf T. Tangan Arie semakin berani mengusap-usap pinggul tantenya yang tersingkap dengan jelas. Daster tantenya yang sudah berada di atas pinggulnya dan kemaluan tantenya dengan lincah menjepit bantal kecil sofa itu.
“Ahkkk, nikmat..” Tantenya mengerang sambil terus merapatkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu sambil menghentikan sementara waktu kulumannya. Ketika ia merasakan akan orgasme. “Arie… Tante sudah tidak tahan lagi nich..” diiringi dengan sedotan yang dilakukan oleh tantenya itu karena tantenya ternyata sangat mahir dalam mengulum batang kemaluannya sementara tangannya dengan aktif mempermainkan sisi-sisi batang kemaluan Arie sehingga Arie dibuatnya tidak berdaya.
“Aduh . aduh.. Tante nikmat sekalii…” erang tantenya semakin menjadi-jadi. Hampir tiga kali Tante Rani merintih sambil mengerang. “Aduuh Rieee.. terus tekan-tekan pantat Tante..” desah Tante Rani sambil terus menggesek-gesekkan bibir kemaluannya ke bantal kecil itu. Arie meraba kemaluan tantenya, ternyata kemaluan Tante Rani sudah basah oleh cairan-cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. “Ariee… nah itu terus Riee.. terus..” erang Tante Rani sambil tidak henti-hentinya mengulum batang kemaluan Arie.

“Kamu kok kuat sekali Riee,” bisik tante rRni dengan nafas yang terengah-engah sambil terus mengulum batang kemaluan Arie. Tante Rani setengah tidak percaya dengan kuluman yang dilakukannya karena belum mampu membuat Arie keluar sperma. Arie berguman, “Belum tahu dia, ini belum seberapa. Tante pasti sudah keluar lebih dari empat kali terbukti dengan bantal yang digunakan untuk mengganjal liang kewanitaannya basah dengan cairan yang keluar seperti air hujan yang sangat deras.”

Melihat batang kemaluan Arie yang masih tegak Tante Rani semakin bernafsu, ia langsung bangkit dari posisi telungkup dengan berdiri sambil berusaha membuka baju Arie yang masih melekat di badannya. “Buka yaa Sayang bajunya,” pinta Tante Rani sambil membuka baju Arie perlahan namun pasti. Setelah baju Arie terbuka, Tante Rani membuka juga celana pendek Arie agar posisinya tidak terganggu.

Lalu Tante Rani membuka dasternya dengan kedua tangannya, ia sengaja memperlihatkan keindahan tubuhnya di depan Arie. Melihat dua gunung yang telah merekah oleh gesekan sofa dan liang kewanitaan tantenya yang merah ranum akibat gesekan bantal sofa, Ari menelan ludah. Ia tidak membayangkan ternyata tantenya mempunyai tubuh yang indah. Ditambah lagi ia sangat terampil dalam memainkan batang kemaluan laki-laki.

Masih dengan posisi duduk, tantenya sekarang ada di atas permadani dan ia langsung menghisap kembali batang kemaluan Arie sambil tangannya bergantian meraba-raba sisi batang kemaluan Arie dan terus mengulumnya seperti anak kecil yang baru mendapatkan permen dengan penuh gairah. Dengan bantuan payudaranya yang besar, Tante Rani menggesek-gesek payudaranya di belahan batang kemaluan Arie. Dengan keadaan itu Arie mengerang kuat sambil berkata, “Aduh Tante.. terus Tante..” Mendengar erangan Arie, Tante Rani tersenyum dan langsung mempercepat gesekannya. Melihat Arie yang akan keluar, Tante Rani dengan cepat merubah posisi semula dengan mengulum batang kemaluan dengan sangat liar. Sehingga warna batang kemaluan Arie menjadi kemerah-merahan dan di dalam batang kemaluannya ada denyutan-denyutan yang sangat tidak teratur. Arie menahan nikmat yang tiada tara sambil berkata,

“Terus Tante.. terus Tante..”, Dan Arie pun mendekap kepala tantenya agar masuk ke dalam batang kemaluannya dan semprotan yang maha dahsyat keluar di dalam mulut Tante Rani yang merekah. Mendapatkan semburan lahar panas itu, Tante Rani kegirangan dan langsung menelannya dan menjilat semua yang ada di dalam batang kemaluan Arie yang membuat Arie meraung-raung kenikmatan. Terlihat dengan jelas tantenya memang sudah berpengalaman karena bila sperma sudah keluar dan batang kemaluan itu tetap disedotnya maka akan semakin nikmat dan semakin membuat badan menggigil.

Melihat itu Tante Rani semakin menjadi-jadi dengan terus menyedot batang kemaluan Arie sampai keluar bunyi slurp…, slurp…, akibat sedotannya. Setelah puas menjilat sisa-sisa mani yang menempel di batang kemaluan Arie, lalu Tante Rani kembali mengulum batang kejantanan Arie dengan mulutnya yang seksi.

Melihat batang kemaluan Arie yang masih memberikan perlawanan, Tante Rani bangkit sambil berkata, “Gila kamu Rieee.. kamu masih menantang tantemu ini yaah.. Tante sudah keluar hampir empat kali kamu masih menantangnya.” Mendengar tantangan itu, Arie hanya tersenyum saja dan terlihat Tante Rani mendekat ke hadapan Arie sambil mengarahkan liang kewanitaannya untuk melahap batang kemaluan Arie. Sebelum memasukkan batang kemaluan Arie ke liang kewanitaannya, Tante Rani terlebih dahulu memberikan ciuman yang sangat mesra dan Arie pun membalasnya dengan hangat.

Saling pagut terjadi untuk yang kedua kalinya, lidah mereka saling bersatu dan saling menyedot. Tante Rani semakin tergila-gila sehingga liang kewanitaannya yang tadinya menempel di atas batang kemaluan Arie sekarang tergeser ke belangkang sehingga batang kemaluan Arie tergesek-gesek oleh liang kewanitaannya yang telah basah itu.

Mendapat perlakuan itu Arie mengerang kenikmatan. “Aduuh Tante…” sambil melepaskan pagutan yang telah berjalan cukup lama. “Clepp…” suara yang keluar dari beradunya dua surga dunia itu, perlahan namun pasti Tante Rani mendorongnya masuk ke lembah surganya. Dorongan itu perlahan-lahan membuat seluruh urat nadi Arie bergetar. Mata Tante Rani dipejamkan sambil terus mendorong pantatnya ke bawah sehingga liang kewanitaan Tante Rani telah berhasil menelan semua batang kemaluan Arie. Tante Rani pun terlihat menahan nikmat yang tiada tara.

“Arieee…” rintihan Tante Rani semakin menjadi ketika liang senggamanya telah melahap semua batang kemaluan Arie. Tante Rani diam untuk beberapa saat sambil menikmati batang kemaluan Arie yang sudah terkubur di dalam liang kewanitaannya.

“Riee, Tante sudah tidak kuat lagi… Sayang..” desah Tante Rani sambil menggerakan-gerakkan pantatnya ke samping kiri dan kanan. Mulut tantenya terus mengaduh, mengomel sambil terus pantatnya digeser ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan permainan itu Arie mendesir, “Aduh Tante… terus Tante..” mendengar itu Tante Rani terus menggeser-geserkan pantatnya.

Di dalam liang senggama tantenya ada tarik-menarik antara batang kemaluan Arie dan liang kewanitaan tantenya yang sangat kuat, mengikat batang kemaluan Arie dengan liang senggama Tante Rani. Kuatnya tarikan itu dimungkinkan karena ukuran batang kemaluan Arie jauh lebih besar bila dibandingkan dengan milik Om Budiman.

Goyangan pantatnya semakin liar dan Arie mendekap tubuh tantenya dengan mengikuti gerakannya yang sangat liar itu. Kucuran keringat telah berhamburan dan beradunya pantat Tante Rani dengan paha Arie menimbulkan bunyi yang sangat menggairahkan, “Prut.. prat.. pret..” Tangan Arie merangkul tantenya dengan erat. Pergerakan mereka semakin liar dan semakin membuat saling mengerang kenikmatan entah berapa kali Tante Rani mengucurkan cairan di dalam liang kewanitaannya yang terhalang oleh batang kemaluan Arie. Tante Rani mengerang kenikmatan yang tiada taranya dan puncak dari kenikmatan itu kami rasakan ketika Tante Rani berkata di dekat telingan Arie.

“Arieee…” suara Tante Rani bergetar, “Kamu kalau mau keluar, kita keluarnya bareng-bareng yaaah”. “Iya Tante…” jawab Arie.Selang beberapa menit Arie merasakan akan keluar dan tantenya mengetahui, “Kamu mau keluar yaaa.” Arie merangkul Tante Rani dengan kuatnya tetapi kedua pantatnya masih terus menusuk-nusuk liang kewanitaan Tantenya, begitu juga dengan Tante Rani rangkulanya tidak membuat ia melupakan gigitannya terhadap batang kemaluan Arie. Sambil terus merapatkan rangkulan. Suara Arie keluar dengan keras, “Tanteee.. Tanteee..” dan begitu juga Tante Rani mengerang keras, “Rieee…”. Sambil keduanya berusaha mengencangkan rangkulannya dan merapatkan batang kemaluan dan liang kewanitaannya sehingga betul-betul rapat membuat hampir biji batang kemaluan Arie masuk ke dalam liang senggama Tante Rani.

Akhirnya Arie dan Tante Rani diam sesaat menikmati semburan lahar panas yang beradu di dalam liang sorga Tante Rani. Masih dalam posisi Tante Rani duduk di pangkuan Arie. Tante Rani tersenyum, “Kamu hebat Arie seperti kuda binal dan ternyata kepunyaan kamu lebih besar dari suaminya dan sangat menggairahkan.”

“Kamu sebetulnya sudah tahu keinginan Tante dari dulu ya, tapi kamu berusaha mengelaknya yaa..” goda Tante Rani. Arie hanya tersenyum di goda begitu. Tante Rani lalu mencium kening Arie. Kurang lebih Lima menit batang kemaluan Arie yang sudah mengeluarkan lahar panas bersemayam di liang kewanitaan Tante Rani, lalu Tante Rani bangkit sambil melihat batang kemaluan Arie. Melihat batang kemaluan Arie yang mengecil, Tante Rani tersenyum gembira karena dalam pikirannya bila batang kemaluannya masih berdiri maka ia harus terus berusaha membuat batang kemaluan Arie tidak berdiri lagi. Untuk menyakinkannya itu, tangan Tante Rani meraba-raba batang kemaluan Arie dan menijit-mijitnya dan ternyata setelah dipijit-pijit batang kemaluan Arie tidak mau berdiri lagi.

“Aduh untung batang kemaluanmu Rieee… tidak hidup lagi,” bisik Tante Rani mesra sambil berdiri di hadapan Arie, “Soalnya kalau masih berdiri, Tante sudah tidak kuat Rieee” lanjutnya sambil tersenyum dan Duduk di sebelah Arie. Sesudah Tante Rani dan Arie berpanutan mereka pun naik ke atas dan masuk kamar-masing-masing.

Pagi-pagi sekali Arie bangun dari tempat tidur karena mungkin sudah kebiasaannya bangun pagi, meskipun badannya ingin tidur tapi matanya terus saja melek. Akhirnya Arie jalan-jalan di taman untuk mengisi kegiatan agar badannya sedikit segar dan selanjutnya badannya dapat diajak untuk tidur kembali karena pada hari itu Arie tidak ada kuliah. Kebiasaan lari pagi yang sering dilakukan diwaktu pagi pada saat itu tidak dilakukannya karena badannya terasa masih lemas akibat pertarungan tadi malam dengan tantenya.

Lalu Arie pun berjalan menuju kolam, tidak dibanyangkan sebelumnya ternyata Tante Rani ada di kolam sedang berenang. Tante Rani mengenakan celana renang warna merah dan BH warna merah pula. Melihat kedatangan Arie. Tante Rani mengajaknya berenang. Arie hanya tersenyum dan berkata, “Nggak ah Tante, Saya malas ke atasnya.” Mendapat jawaban itu, Tante Rani hanya tersenyum, soalnya Tante Rani mengetahui Arie tidak menggunakan celana renang. “Sudahlah pakai celana dalam aja,” pinta Tante Rani. Tantenya yang terus meminta Arie untuk berenang. Akhirnya iapun membuka baju dan celana pendeknya yang tinggal melekat hanya celana dalamnya yang berwarna biru.

Celana dalam warna biru menempel rapat menutupi batang kemaluan Arie yang kedinginan. Loncatan yang sangat indah diperlihatkan oleh Arie sambil mendekati Tante Rani, yang malah menjauh dan mengguyurkan air ke wajah Arie. Sehingga di dalam kolam renang itu Tante Rani menjadi kejaran Arie yang ingin membalasnya. Mereka saling mengejar dan saling mencipratkan air seperti anak kecil. Karena kecapaian, akhinya Tante Rani dapat juga tertangkap. Arie langsung memeluknya erat-erat, pelukan Arie membuat Tante Rani tidak dapat lagi menghindar.

“Udah akh Arie.. Tante capek,” seru mesra Tante Rani sambil membalikkan badannya. Arie dan Tante Rani masih berada di dalam genangan kolam renang. “Kamu tidak kuliah Rieee,” tanya Tante Rani. “Tidak,” jawab Arie pendek sambil meraba bukit kemaluan Tante Rani. Terkena rabaan itu Tante Rani malah tersenyum sambil memberikan ciuman yang sangat cepat dan nakal lalu dengan cepatnya ia melepaskan ciuman itu dan pergi menjauhi Arie. Mendapatkan perlakuan itu Arie menjadi semakin menjadi bernafsu dan terus memburu tantenya. Dan pada akhirnya tantenya tertangkap juga. “Sudah ah… Tante sekarang mau ke kantor dulu,” kata Tante Rani sambil sedikit menjauh dari Arie.

Ketika jaraknya lebih dari satu meter Tante Rani tertawa geli melihat Arie yang celana dalamnya telah melorot di antara kedua kakinya dengan batang kemaluannya yang sudah bangkit dari tidurnya. “Kamu tidak sadar Arie, celana dalammu sudah ada di bawah lutut..” Mendengar itu Arie langsung mendekati Tante Rani sambil mendekapnya. Tante Rani hanya tersenyum. “Kasihan kamu, adikmu sudah bangun lagi, tapi Tante tidak bisa membantumu karena Tante harus sudah pergi,” kata Tante Rani sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah menegang kembali.

Mendengar itu Arie hanya melongo kaget. “Akhh, Tante masa tidak punya waktu hanya beberapa menit saja,” kata Arie sambil tangannya berusaha membuka celana renang Tante Rani yang berwarna merah. Mendapat perlakuan itu Tante Rani hanya diam dan ia terus mencium Arie sambiil berkata, “Iyaaa deh.. tapi cepat, yaa.. jangan lama-lama, nanti ketahuan orang lain bisa gawat.”

Tante Rani membuka celana renangnya dan memegangnya sambil merangkul Arie. Batang kemaluan Arie langsung masuk ke dalam liang kewanitaan Tante Rani yang sudah dibuka lebar-lebar dengan posisi kedua kakinya menempel di pundak Arie. Beberapa detik kemudian, setelah liang kewanitaan Tante Rani telah melahap semua batang kemaluan Arie dan dirasakannya batang kemaluan Arie sudah menegang. Tante Rani menciumnya dengan cepat dan langsung mendorong Arie sambil pergi dan terseyum manis meninggalkan Arie yang tampak kebingungan dengan batang kemaluannya yang sedang menegang.

Mendapat perlakuan itu Arie menjadi tambah bernafsu kepada Tante Rani, dan ia berjanji kalau ada kesempatan lagi ia akan menghabisinya sampai ia merasa kelelahan. Lalu Arie langsung pergi meninggalkan kolam itu untuk membersihkan badannya.

Setelah di kamar, Arie langsung membuka semua bajunya yang menjadi basah itu, ia langsung masuk kamar mandi dan menggosok badan dengan sabun. Ketika akan membersihkan badannya, air yang ada di kamar mandinya ternyata tidak berjalan seperti biasanya. Dan langsung Arie teringat akan keberadaan kamar Yuni. Arie lalu pergi keluar kamar dengan lilitan handuk yang menempel di tubuhnya. Wajahnya penuh dengan sabun mandi. “Yuni.. Yuni.. Yuni..” teriak Arie sambil mengetuk pintu kamar Yuni. “Masuk Kak Ariee, tidak dikunci.” balas Yuni dari dalam kamar.

Didapatinya ternyata Yuni masih melilitkan badan dengan selimut dengan tangannya yang sedang asyik memainkan kemaluannya. Permainan ini baru didapatkannya ketika ia melihat adegan tadi malam antara kakaknya dengan Arie dan kejadian itu membuat ia merasakan tentang sesuatu yang selama ini diidam-idamkan oleh setiap manusia.

“Ada apa Kak Arie,” kata Yuni sambil terus berpura-pura menutup badannya dengan selimut karena takut ketahuan bahwa dirinya sedang asyik memainkan kemaluannya yang sudah membasah sejak tadi malam karena melihat kejadiaan yang dilakukan kakaknya dengan Arie. “Anu Yuni.. Kakak mau ikut mandi karena kamar mandi Arie airnya tidak keluar.” Memang Yuni melihat dengan jelas bahwa badan Arie dipenuhi oleh sabun tapi yang diperhatikan Yuni bukannya badan tapi Yuni memperhatikan diantara selangkangannya yang kelihatan mencuat.

Iseng-iseng Yuni menanyakan tentang apa yang mengganjalnya dalam lilitan handuk itu. Mendengar pertanyaan itu niat Arie yang akan menerangkan tentang biologi ternyata langsung kesampaian dan Arie pun langsung memperlihatkannya sambil memengang batang kemaluannya, “Ini namanya penis.. Sayang,” kata Arie yang langsung menuju kamar mandi karena melihat Yuni menutup wajahnya dengan selimut.

Melihat batang kemaluan Arie yang sedang menegang itu Yuni membayangkan bila ia mengulumnya seperti yang dilakukan kakaknya. Keringat dingin keluar di sekujur tubuh Yuni yang membayangkan batang kemaluan Arie dan ia ingin sekali seperti yang dilakukan oleh kakaknya juga ia melakukannya. Mata Yuni terus memandang Arie yang sedang mandi sambil tangan terus bergerak mengusap-usap kemaluannya.

Akhirnya karena Yuni sudah dipuncak kenikmatan, ia mengerang akibat dari permainan tangannya itu telah berhasil dirasakannya .Dengan beraninya Yuni pergi memasuki kamar mandi untuk ikut mandi bersama Arie. Melihat kedatangan Yuni ke kamar mandi, Arie hanya tersenyum. “Kamu juga mau mandi Yun,” kata Arie sambil mencubit pinggang Yuni.

Yuni yang sudah dipuncak kenikmatan itu hanya tersenyum sambil melihat batang kemaluan Arie yang masih mengeras. “Kak boleh nggak Yuni mengelus-elus barang itu,” bisik Yuni sambil menunjuknya dengan jari manisnya. Mendengar permintaan itu Arie langsung tersenyum nakal, ternyata selama ini apa yang diidam-idamkannya akan mendapatkan hasilnya. Dalam pikiran Arie, Yuni sekarang mungkin telah mengetahui akan kenikmatan dunia. Tanpa diperintah lagi Arie langsung mendekatkan batang kemaluannya ke tangan Yuni dan menuntun cara mengelus-elusnya.

Tangan Yuni yang baru pertama kali meraba kepunyaan laki-laki itu sedikit canggung, tapi ia berusaha meremasnya seperti meremas pisang dengan tenaga yang sangat kuat hingga membuat Arie kesakitan. “Aduh.. jangan keras-keras dong Yuni, nanti batang kemaluannya patah.” Mendengar itu Yuni menjadi sedikit kaget lalu Ari membatunya untuk memainkan batang kemaluannya dengan lembut. Tangan Yuni dituntunnya untuk meraba batang kemaluan Arie dengan halus lalu batang kemaluan Arie didekatkan ke wajah Yuni agar mengulumnya.

Yuni hanya menatapnya tanpa tahu harus berbuat apa. Lalu Arie memerintahkan untuk mengulumnya seperti mengulum ice crem, atau mengulumnya seperti mengulum permen karet. Diperintah tersebut Yuni langsung menurut, mula-mula ia mengulum kepala batang kemaluan Arie lalu Yuni memasukkan semua batang kemaluan Arie ke dalam mulutnya. Tapi belum juga berapa detik Yuni terbatuk-batuk karena kehabisan nafas dan mungkin juga karena nafsunya terlalu besar.

Setelah sedikit tenang, Yuni mengulum lagi batang kemaluan Arie tanpa diperintah sambil pinggul Yuni bergoyang menyentuh kaki Arie. Melihat kejadian itu Arie akhirnya menghentikan kuluman Yuni dan langsung mengangkat Yuni dan membawanya ke ranjang yang ada di samping kamar mandi. Sesampainya di pinggir ranjang, dengan hangat Yuni dipeluk oleh Arie dan Yuni pun membalas pelukan Arie. Bibir Yuni yang polos tanpa liptik dicium Arie dengan penuh kehangatan dan kelembutan.

Dicium dengan penuh kehangatan itu Yuni untuk beberapa saat terdiam seperti patung tapi akhirnya naluri seksnya keluar juga, ia mengikuti apa yang dicium oleh Arie. Bila Arie menjulurkan lidahnya maka Yuni pun sama menjulurkan lidahnya ke dalam mulut Arie. Dengan permainan itu Yuni sangat menikmatinya apalagi Arie yang bisa dikatakan telah dilatih oleh kakaknya yang telah berpengalaman.

Kecupan Yuni kadang kala keluar suara yang keras karena kehabisan nafas. “Pek.. pek..” suara bibir Yuni mengeluarkan suara yang membuat Arie semakin terangsang. Mendengar suara itu Arie tersenyum sambil terus memagutnya. Tangan Arie dengan terampil telah membuka daster putih yang dipakai Yuni. Dengan gerakan yang sangat halus, Arie menuntun Yuni agar duduk di pinggir ranjang dan Yuni pun mengetahui keinginan Arie itu.

Bibir Yuni yang telah berubah warna menjadi merah terus dipagut Arie dengan posisi Yuni tertindih oleh Arie. Tangan Yuni terus merangkul Arie sambil bukit kemaluannya menggesek-gesekkan sekenanya. Lalu Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga kini Yuni berada di atas tubuh Arie, dengan perlahan tangan Arie membuka BH putih yang masih melekat di tubuh Yuni. Setelah berhasil membuka BH yang dikenakan Yuni, Arie pun membuka CD putih yang membungkus bukit kemaluan Yuni dilanjutkan menggesek-gesekkan sekenanya.
Erangan panjang keluar dari mulut Yuni. “Auuu…” sambil mendekap Arie keras-keras. Melihat itu Arie semakin bersemangat. Setelah Arie berhasil membuka semua pakaian yang dikenakan Yuni, terlihat Yuni sedikit tenang iapun kembali membalikkan Yuni sehingga ia sekarang berada di atas tubuh Yuni.
Arie menghentikan pagutan bibirnya ia melanjutkan pagutannya ke bukit kemaluan Yuni yang telah terbuka dengan bebas. Dipandanginya bukit kemaluan Yuni yang kecil tapi penuh tantangan yang baru ditumbuhi oleh bulu-bulu hitam yang kecil-kecil. Kaki Yuni direnggangkan oleh Arie. Pagutan Arie beganti pada bibir kecil kepunyaan Yuni. Pantat Yuni terangkat dengan sendirinya ketika bibir Arie mengulum bukit kemaluan kecilnya yang telah basah oleh cairan.

Harum bukit kemaluan perawan membuat batang kemaluan Arie semakin ingin langsung masuk ke sarangnya tapi Arie kasihan melihat Yuni karena kemaluannya belum juga merekah. Jilatan bibir Arie yang mengenai klitoris Yuni membuat Yuni menjepit wajah Arie. Semburan panas keluar dari bibir bukit kemaluan Yuni. Yuni hanya menggeliat dan menahan rasa nikmat yang baru pertama kali didapatkanya.

Lalu Arie merasa yakin bahwa ini sudah waktunya, ditambah lagi batang kemaluannya yang sudah telalu lama menengang. Arie menarik tubuh Yuni agar pantatnya pas tepat di pinggir ranjang. Kaki Yuni menyentuh lantai dan Arie berdiri diantara kedua paha Yuni.

Melihat kondisi tubuh Yuni yang sudah tidak menggunakan apa-apa lagi ditambah dengan pemandangan bukit kemaluan Yuni yang sempit tapi basah oleh cairan yang keluar dari bibir kecilnya membuat Arie menahan nafas. Arie berdiri, dan batang kemaluannya yang besar itu diarahkan ke bukit kemaluan Yuni. Melihat itu Yuni sedikit kaget dan merasa takut Yuni menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Melihat gejala itu Arie hanya tersenyum dan ia sedikit lebih melebarkan paha Yuni sehingga klitorisnya terlihat dengan jelas. Ia menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir kemaluan Yuni.

Sambil menggesek-gesek batang kemaluan, Arie kembali mendekap Yuni sambil membuka tangannya yang menutupi wajahnya. Melihat Arie yang membuka tangannya, Yuni langsung merangkulnya dan mencium bibir Arie. Pagutan pun kembali terjadi, bibir Yuni dengan lahapnya terus memagut bibir Arie. Suara erangan kembali keluar lagi dari mulut Yuni.

“Aduhh… Kaak…” erang Yuni sambil merangkul tubuh Arie dengan keras. Arie meraba-raba bukit kemaluan Yuni dengan batang kemaluannya setelah yakin akan lubang kemaluan Yuni, Arie mendorongnya perlahan dan ketika kepala kejantanan Arie masuk ke liang senggama Yuni. Yuni mengerang kesakitan, “Kak.. aduh sakit, Kak…”

Mendengar rintihan itu, Arie membiarkan kepala kemaluannya ada di dalam liang senggama Yuni dan Arie terus memberikan pagutannya. Kuluman bibir Yuni dan Arie pun berjalan lagi. Dada Arie yang besar terus digesek-gesekkan ke payudara Yuni yang sudah mengeras. Yuni yang menahan rasa sakit yang telah bercampur dengan rasa nikmat akhirnya mengangkat kakinya tinggi-tinggi untuk menghilangkan rasa sakit di liang senggamanya dan itu ternyata membantunya dan sekarang menjadi tambah nikmat.

Kepala kemaluan Arie yang besar baru masuk ke liang kewanitaan Yuni, tapi jepitan liang kemaluan Yuni begitu keras dirasakan oleh batang kemaluan Arie. Sambil mencium telinga kiri Yuni, Arie kembali berusaha memasukkan batang kemaluannya ke liang senggama Yuni. “Aduh.. aduh.. aduh.. Kak,” Mendengar rintihan itu Arie berkata kepada Yuni. “Kamu sakit Yuni,” bisik Arie di telinga Yuni. “Nggak tahu Kaak ini bukan seperti sakit biasa, sakit tapi nikmat..”

Mendengar penjelasan itu, Arie terus memasukkan batang kemaluannya sehingga sekarang kepala kemaluannya sudah masuk semua ke dalam liang senggama Yuni. Batang kemaluan Arie sudah masuk ke liang senggama Yuni hampir setengahnya. Batang kemaluannya sudah ditelan oleh liang kemaluan Yuni, kaki Yuni semakin diangkat dan tertumpang di punggung Arie.

Tiba-tiba tubuh Yuni bergetar sambil merangkul Arie dengan kuat. “Aduhhh…” dan cairan hangat keluar dari bibir kemaluan Yuni, Arie dapat merasakan hal itu melalui kepala kemaluannya yang tertancap di bukit kemaluan Yuni. Lipatan paha Yuni telah terguyur oleh keringat yang keluar dari tubuh mereka berdua.

Mendapat guyuran air di dalam bukit kemaluan itu, Arie lalu memasukkan semua batang kemaluannya ke dalam lubang senggama Yuni. Dengan satu kali hentakan. “Preeet…” Yuni melotot menahan kesakitan yang bercampur dengan kenikmatan yang tidak mungkin didapatkan selain dengan Arie. “Auh.. auh.. auh..” suara itu keluar dari mulut kecil Yuni setelah seluruh batang kejantanan Arie berada di dalam lembah kenikmatan Yuni. “Kak, Badan Yuni sesak, sulit bernafas,” kata Yuni sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya. 

Mendengar itu lalu Arie membalikkan tubuh Yuni agar ia berada di atas Ari. Mendapatkan posisi itu Yuni seperti pasrah dan tidak melakukan gerakan apapun selain mendekap tubuh Arie sambil meraung-raung kenikmatan yang tiada taranya yang baru kali ini dirasakannya.

Yuni dan Arie terdiam kurang lebih lima menit. “Yuni, sekarang bagaimana badanmu,” kata Arie yang melihat Yuni sekarang sudah mulai menggoyang-goyangkan pantatnya dengan pelan-pelan. “Udah agak enakan Kak,” balas Yuni sambil terus menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Mendapatkan serangan itu Arie langsung mengikuti gerakan goyangan itu dan goyangan Arie dari atas ke bawah.

Lipantan-lipatan kehangatan tercipta di antara selangkangan Yuni dan Arie. Sambil menggoyangkan pantatnya, mulut Yuni tetap mengaduh, “Aduhhh…” Merasakan nikmat yang telah menyebar ke seluruh badannya. Tanpa disadari sebelumnya oleh Arie. Yuni dengan ganasnya menggoyang-gonyangkan pantatnya ke samping dan ke kiri membuat Arie kewalahan ditambah lagi kuatnya jepitan bukit kemaluan Yuni yang semakin menjepit seperti tang yang sedang mencepit paku agar paku itu putus.

Beberapa menit kemudian Arie memeluk badan Yuni dengan eratnya dan batang kemaluannya berusaha ditekan ke atas membuat pantat Yuni terangkat. Semburan panas pun masuk ke bukit kemaluan Yuni yang kecil itu. Mendapat semburan panas yang sangat kencang, Yuni mendesis kenikmatan sambil mengeram, “Aduhh… aduh.. Kak..”

Selang beberapa menit Arie diam sambil memeluk Yuni yang masih dengan aktif menggerak-gerakkan pantatnya ke kiri dan ke kanan dengan tempo yang sangat lambat. Setelah badannya merasa sudah agak baik, Arie membalikkan tubuh Yuni sehingga sekarang tubuh Yuni berada di bawah Arie. Batang kemaluan Arie masih menancap keras di lembah kemaluan Yuni meskipun sudah mengeluarkan sperma yang banyak. Lalu kaki Yuni diangkat oleh Arie dan disilangkan di pinggul. Arie mengeluarkan batang kemaluannya yang ada di dalam liang senggama Yuni.

Mendapat hal itu mata Yuni tertutup sambil membolak-balikkan kepala ke kiri dan ke kanan lalu dengan perlahan memasukkan lagi batang kemaluannya ke dalam liang senggama Yuni, turun naik batang kemaluan Arie di dalam liang perawan Yuni membuat Yuni beberapa kali mengerang dan menahan rasa sakit yang bercampur dengan nikmatnya dunia. Tarikan bukit kemaluan Yuni yang tadinya kencang pelan- pelan berkurang seiring dengan berkurangnya tenaga yang terkuras habis dan selanjutnya Arie mengerang-erang sambil memeluk tubuh Yuni dan Yuni pun sama mengeluarkan erangan yang begitu panjang, keduanya sedang mendapatkan kenikmatan yang tiada taranya.

Arie mendekap Yuni sambil menikmati semburan lahar panas dan keluarnya sperma dalam batang kemaluan Arie dan Yuni pun sama menikmati lahar panas yang ada dilembah kenikmatannya. Kurang lebih lima menit, Arie memeluk Yuni tanpa adanya gerakan begitu juga Yuni hanya memeluk Arie. Dirasakan oleh Arie bahwa batang kemaluannya mengecil di dalam liang kemaluan Yuni dan setelah merasa batang kemaluannya betul-betul mengecil Arie menjatuhkan tubuhnya di samping Yuni. Arie mencium kening Yuni. Yuni membalasnya dengan rintihan penyesalan, seharusnya Arie bertanggung jawab atas hilangnya perawan yang dimiliki Yuni.

Mendengar itu Arie hanya tersenyum karena memang selama ini Arie mendambakan istri seperti Yuni ditambah lagi ia mengetahui bila hidup dengan Yuni maka ia akan mendapatkan segalanya. Arie mengucapkan selamat bobo kepada Yuni yang langsung tertidur kecapaian dan Arie langsung keluar dari kamar Yuni setelah Arie menggunakan pakaiannya kembali.

Arie masuk ke dapur, didapatnya tantenya sedang dalam keadaan menungging mengambil sesuatu. Terlihat dengan jelas celana merah muda yang dipakai tantenya. Tante Rani dibuat kaget karena Arie langsung meraba liang kewanitaannya yang terbungkus CD merah muda sambil menegurnya. “Tante sudah pulang,” tanya Arie. Sambil melepaskan rabaan tangannya di liang kewanitaan tantenya. Lalu Arie membuka kulkas untuk mencari air putih. “Iya, Tante hanya sebentar kok. Soalnya Tante kasihan dengan burung kamu yang tadi Tante tinggalkan dalam keadaan menantang,” jawab Tante Rani sambil tersenyum.

“Bagaimana sekarang Arie burungnya, sudah mendapatkan sarang yang baru ya..” Mendapat ejekan itu, Arie langsung kaget. “Ah Tante, mau cari sangkar di mana,” jawab Arie mengelak. “Arie kamu jangan mengelak, Tante tau kok.. kamu sudah mendapatkan sarang yang baru jadi kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak kamu akan Tante laporkan sama Oom dan kedua orang tuanmu bahwa kamu telah bermain gila bersama Yuni dan Tante.”

Mendengar itu, Arie langsung diam dan ia akan menikahi Yuni seperti yang dijanjikanya. Mendengar hal itu Tante Rani tersenyum dan memberikan kecupan yang mesra kepada Arie sambil meraba batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat untuk berdiri. Melihat batang kemaluan Arie yang sudah tidak kuat berdiri itu Tante Rani tersenyum. “Pasti adikku dibuatnya KO sama kamu yaa… Buktinya burung kamu tidak mau berdiri,” goda Tante Rani. “Ahh nggak Tante, biasa saja kok.”

Tante Rani meninggalkan Arie, sambil mewanti-wanti agar menikahi adiknya. Akhirnya pernikahan Yuni dengan Arie dilakukan dengan pernikahan dibawah tangan atau pernikahan secara agama tetapi dengan tanpa melalui KUA karena Yuni masih dibawah umur.


0 comments:

Berkat Obat Perangsang, Kugagahi Tubuh Seksi Istri Sahabatku

Aku mempunyai sahabat baik namanya Dicky, dia sudah beristri dan mempunyai satu anak laki-laki yang berumur sekitar 3 tahun. Istrinya namanya Febby, dia sangat cantik dan seksi. Perawakannya memiliki tinggi kurang lebih 165cm dengan berat badan 55kg, badannya sangat seksi.
Berkat Obat Perangsang, Kugagahi Tubuh Seksi Istri Sahabatku
Liputan Cinta Semalam - Hal itu bisa dilihat dari postur tubuhnya yang langsing, payuadaranya yg kencang menantang dan pantatnya yang aduhai sangat menarik,bulat ketat. Keluarganya bisa dibilang sangat harmonis meskipun terkadang terjadi perbedaan pendapat. Dicky bekerja disalah satu perusahaan besar dibandung,aku kurang jelas jabatannya sebagai apa, yang jelas dia selalu pulang larut malam demi menyelesaikan tugasnya.

Aku dan Dicky sudah bagaikan saudara, kalau salah satu dari kita ada masalah kita pasti saling tukar pendapat. Ooohh ya tidak lupa aku memprkenalkan diri namaku Sandi, umurku 27 tahun, aku masih bujang dan tinggal sendiri drumah yang lumayan besar. Aku sendiri mempunyai usaha mebel yang sudah berkembang jadi bias dibilang ekonomiku sudah lebih dari cukup. Sudah lama aku tidak berkunjung kerumah temanku Dicky karena kesibukan kita masing-masing.

Singkat cerita, suatu hari saat aku sedang santai dirumah tiba-tiba ada bel berbunyi.

“ting tong”
Aku membukakan pintu, dan ternyata Febby istri Dicky yang datang kerumahku.

“Eeehh Febby’ silahkan masuk, mari duduk” sapaku kepada Febby
Kemudian Febby masuk dan duduk diruang tamu rumahku.

“ada apa niih kok tumben kamu kerumahku Febb” tanyaku
“gak papa mas,aku lagi berantem mas sama suamiku” jawab Febby
“Emang berantem kenapa”
“biasa gitu mas, mas Dicky orangnya egois,maunya menang sendiri gak mau nurutin yang aku mau, padahal aku gak meminta yang aneh2 hloo”

“Mank minta apa to Febb” tanyaku penasaran
“Aaaahhh udah lah mas gak usah bahas itu aku males” ketus Febby
“iya deeh kalo gitu” jawabku
“Ohh ya mau minum apa Febb” maaf aku sampe lupa menawarimu minum
“apa aja mas” jawab Febby

Sampai didapur entah setan apa yang menghinggapiku aku mempunyai pikiran jelek untuk bisa memanfaatkan suasana dengan meniduri istri teman baikku tersebut, sejenak aku terdiam sendiri didapur tapi pikiran kotor itu malah tambah berputar-putar diotakku. Aku menuju kamarku sebentar untuk mengambil obat perangsang. Lalu aku mencampurkan obat persangsang tersebut dalam minumannya dan aku kembali keruang tamu.

“Maaf agak lama ya Febb” ucapku
“iya gak papa kok mas,santai aja” jawab Febby
“itu silahkan diminum Febb”

Lalu Febby pun meminumnya. Kita lanjut mengobrol biasa saja, Febby mulai bercerita panjang lebar tentang ketidak haromisan keluarganya akhir2 ini. Akupun menaggapinya dengan baik, memberikan saran-saran seakan-akan aku lebih dewasa. Setelah 20 menitan kita ngobrol panjang lebar Febby mulai merasa kegerahan (dalam hati aku berkata waah ini obat perangsangnya mulai bereaksi) dan akupun bertanya.

“Kenapa kamu Febb”
“gak tau niih mas rasanya badanku panas semua” jawab Febby
“Sini deeh Febb masuk ruang tengah,ada kipas angin kok” ajakku
Febbypun masuk keruang tengah rumahku dan aku nyalakan kipas angin gantung.
“Febb aku tinggal sebentar ya,aku mau kekamar mandi” ucapku
“Iyha mas” jawab Febby

Aku sengaja berpura-pura kekamar mandi untuk mengintip gimana reaksi Febby selanjutnya. Didalam aku melihat Febby mulai meraba-raba lehernya, mengudal-adul rambutnya, tangan yang satu memegang payudaranya sendiri, tangan yang satu memegang vaginanya meski Cuma dari luar celana yang ia kenakan. Aku didalam melihat Febby birahi akupun juga ikut terangsang dan tak lama aku keluar kembali keruang tengah dan aku melihat Febby sangat birahi. Cerita Dewasa

Tanpa banyak kata Febby langsung menarik tanganku dan langsung menciumiku. Febby melumat abis bibirku dan akupun yang sudah terangsang meladeni permainan bibir Febby. Terdengar suara lirih dari Febby “Puaskan aku mas”. Akupun tambah bersemangat mendengar lirihan Febby.

Tangankupun segera merambat ke payudara Febby, sambil ciuman aku meremas remas payudara Febby, terasa sangat kenyal meskipun baru dari luar bajunya. Tangan Febbypun mulai memegang penisku yang sudah dari tadi sangat tegang dan kenceng sekali.

Aku mulai membuka baju Febby, kubuka kancing bajunya satu persatu dan melepaskan BH nya sekalian dan tampaklah susu montok kenceng sekali milik Febby, aku yang sangat bernafsu langsung melumat kedua putting merah merona milik Febby. Febby mendesah kenikmatan

“Aaaahhhh….Aaaahhhh..Puaskan aku mas” rintihan lirih Febby. Sambil melumat putting Febby tangank membuka celana Febby dan celana dakamnya kemudian aku memasukan jariku kedalam vagina Febby Febby tambah merintih “Aaaarrrggghhh….. Maaasssss….” Aku terus memasuk dan keluarkan jariku dari vagina Febby. 5 menit berselang Febby merintih “Maaasssss…… Akkuu… Keluuuuaaarrrr…….” Febby orgasme untuk yang pertama.

Setalah Febby orgasme aku menarik jariku dari vagina Febby kemudian menyorohkan penisku kemulut Febby dan Febbypun langsung melumat batang kejantananku tersebut dengan lahapnya. Kepalaku tersentak merasa kemnikmatan yang tiada taranya saat Febby melumat habis penisku. Sambil penisku dilahap oleh Febby tangankupun meremas remas payudaranya.

5 menit Febby mengulum penisku aku kemudian mencabut penisku dari mulut Febby dan mengarahkannya ke vaginanya. Kubuka lebar lebar kedua paha Febby dan perlahan kumasukan penisku “Blleeeeeesssss” seluruh penisku menancap di vaginanya.

Kumaju mundurkan penisku yang bersarang di vaginanya. Febby mendesah “AAaaaahhhhhh…” menikmati persetebuhan ini. Aku terus memompa vagina Febby yang terasa sangat menjepit itu. Sekitar 10 menit aku memompanya dengan posisi Febby dibawah aku inin berganti posisi dan mengangkat tubuh Febby jadi sekarang tubuh Febby berada diatasku menindihku. Posisi Seks

Goyangan-goyangan Febby terasa sangat nikmat sekali. Febby memompa penisku, memaju maundurkan pantatnya membuat dia selalu merintih kenikmatan. Sekitar 3 menit Febby memompaku rintihannya kembali keluar “Aaaahhhhh…Aaaahhhhhhhh…..Maaaaasssss… Andiiiin….. keluar lagi…… untuk kedua kalinya Febby orgasme, raut wajah puas menyelimuti Febby.
Sesudah Febby orgasme untuk yang kedua kalinya aku berganti gaya, sekarang aku menyuruh Febby nungging atau yang terkenal gaya “doggy style”. Aku masukan penisku lagi ke memeknya,kusogok Febby dari belakang,kumaju mundurkan penisku dan sambil kuremas-remas dua gunung kembar Febby. “Aaaahhh,,,Maaasss….Maaaasss….Dasyat…..” terucap dari bibir Febby saat sedang kuodok dia dari belakang. “Ploooook….Plloookkk…..Pllllooookkk….suara benturan tubuhku dengan Febby menghiasi pergumulan ini.
Sambil kusodok dia dari belakang salah satu jariku masuk kedalam anus Febby dan tanpa bertanya Febby pun mengangguk tanda dia setuju jika penisku menghantam anus Febby. Langsung saja kumasukkan penisku kedalam anus Febby. Sungguh luar biasa, rasanya sangat sempit sekali, penisku terasa seperti terjepit. Desahan Febby pun semakin mengeras ketika aku memasukkan penisku di anusnya “Oooouuuuuhhhhhh…..Oooouuuuhhhhh….” desahan Febby pun semakin membuat aku bersemangat. Kupercepat gerakanku memaju mundurkan penisku di anusnya. Perselingkuhan

15 menit berselang aku rasakan kalo aku sudah mau orgasme aku mencabut penisku dari memeknya dan mengarahkan penisku di mulut Febby dan meminta Febby untuk mengulumnya. Dikulumlah penisku oleh Febby dengan sangat nafsu dan sekitar bebrapa menit Febby mengulum penisku aku menekan kepala Febby.

“crooootts….croootttsss…crooottsss….. terasa banyak sekali spermaku membasahi mulut Febby, Febby menelan abis semua spermaku lalu kukecup kening Febby sambil kubisikan “kamu sangat binal Febb” dan Febby pun hanya tersenyum.

Kemudian aku mengajak Febby untuk mandi bersama membersihkan badannya dari air liur yang membasahi tubuh Febby. Dan saat mandi kembali penisku berdiri kencang, dan langsung kutarik Febby dan kembali lagi kita melakukan hubungan intin itu kurang lebih 30 menit. Setelah selesai dari kamar mandi kemudian kita menuju ruang tengah dan bersantai melihat televisi.

Tibalah sore hari dan Febby pun berpamitan untuk pulang dan aku meng”iya”kannya dan tak lupa aku mengecup bibirnya untuk perpisahan kepuasan kita. Sesudah kejadian itu setiap Febby bertengkar dengan suaminya Febby selalu datang kerumahku dan selalu berakhir dengan berhubungan intim tanpa sepengetahuan suaminya yang dimana itu adalah teman baikku sendiri.


0 comments:

Dibalik Perjalanan Dinas, Kunikmati Sensasi Klimaks Dengan 4 Pria

Perjalanan Bisnis ke Surabaya sebenarnya sungguh menyenangkan, karena akan ketemu dengan sahabat lama yang sudah lama kutinggalkan, sayangnya suamiku Hendra tak bisa menemaniku karena kesibukannya.
Liputan Cinta Semalam - Dengan ditemani Andi, salah seorang kepercayaanku, kami terbang dgn flight sore supaya bisa istirahat dan besok bisa meeting dalam keadaan fresh dan tak loyo karena harus bangun pagi pagi buta, mengingat meeting besok aqu perkirakan akan berlangsung cukup alot karena menyangkut negosiasi dan kontrak, disamping itu meeting dgn Pak Reza, calon clien, jadwalnya jam 10:00 pagi.

Pukul 19:00 kami check in di Sheraton Hotel, setelah menyelesaikan administrasinya kami langsung masuk ke kamar masing masing untuk istirahat. Kurendam badanku di bathtub dgn air hangat untuk melepas rasa penat setelah seharian meeting di kantor menyiapkan bahan meeting untuk besok.

Cukup lama aqu di kamar mandi hingga kudengar HP ku berbunyi, tapi tak kuperhatikan, paling juga suamiku yg lagi kesepian di rumah, pikirku.

Setelah puas merendam diri, kukeringkan badanku dgn handuk menuju ke kamar. Kukenakan pakaian santai, celana jeans straight dan kaos ketat full press body tanpa lengan hingga lekuk badanku tercetak jelas, kupandangi penampilanku di kaca, dadaqu kelihatan padat dan menantang, cukup attraktif, di umurqu yg 32 tahun pasti orang akan mengira aqu masih berumur sekitar 27 tahun.

Kutelepon ke rumah dan HP suamiku, tapi keduanya tak ada yg jawab, lalu kuhubungi kamar Andi yg nginap tepat di sebelah, idem ditto. Aqu teringat miss call di HP-ku, ternyata si Rio, gigolo langgananku di Jakarta, kuhubungi dia.

“hallo sayg, tadi telepon ya” sapaqu
“mbak Lily, ketemu yok, aqu udah kangen nih, kita pesta yok, ntar aqu yg nyiapin pesertanya, pasti oke deh mbak” suara dari ujung merajuk
“pesta apaan?”
“pesta asik deh, dijamin puas, Mbak Cuma sediakan tempatnya saja, lainnya serahkan ke Rio, pasti beres, aqu jamin mbak” bujuknya

“emang berapa orang” tanyaqu penasaran
“rencanaqu sih aqu dgn dua temanku, lainnya terserah mbak, jaminan kepuasannya Rio deh mbak”
“asik juga sih, sayg aqu lagi di Surabaya nih, bagaimana kalo sekembalinya aqu nanti”
“wah sayg juga sih mbak, aqu lagi kangen sekarang nih”
“simpan saja dulu ya sayg, ntar pasti aqu kabari sekembaliku nanti”
“baiklah mbak, jangan lupa ya”

“aqu nggak akan lupa kok sayg, eh kamu punya teman di Surabaya nggak?” tanyaqu ketika tiba tiba kurasakan gairahku naik mendengar rencana pestanya Rio.
“Nah kan bikin pesta di Surabaya” ada nada kecewa di suaranya
“gimana punya nggak, aqu perlu malam ini saja”
“ada sih, biar dia hubungi Mbak nanti, nginapnya dimana sih?”
“kamu tahu kan seleraqu, jangan asal ngasih ntar aqu kecewa”
“garansi deh mbak”

Kumatikan HP setelah memberitahukan hotel dan kamarku, lalu aqu ke lobby sendirian, masih sore, pikirku setelah melihat jam tanganku masih pukul 21:00 tapi cukup telat untuk makan malam. Cukup banyak tamu yg makan malam, kuambil meja agak pojok menghadap ke pintu sehingga aqu bisa mengamati tamu yg masuk. Ketika menunggu pesanan makanan aqu melihat Pak Reza sedang makan bersama seorang temannya, maka kuhampiri dan kusapa dia.

“malam Bapak, apa kabar?” sapaqu sambil menyalami dia
“eh Mbak Lily, kapan datang, kenalin ini Pak Martin buyer kita yg akan meng-export barang kita ke Cina” sambut Pak Reza, aqu menyalami Pak Martin dgn hangat.
“silahkan duduk, gabung saja dgn kami, biar lebih rame, siapa tahu kita tak perlu lagi meeting besok” kelakar Pak Martin dgn ramah.
“terima kasih Pak, wah kebetulan kita bertemu di sini, kan aqu nginap di hotel ini” jawabku lalu duduk bergabung dgn mereka.

Kami pun bercakap ringan sambil makan malam, hingga aqu tahu kalau Pak Martin dan Pak Reza ternyata sahabat lama yg selalu berbagi dalam suka dan duka, meskipun kelihatannya Pak Reza lebih tua, menurut taksiranku sekitar 45 tahun, sementara Pak Martin, seorang chinesse, mungkin umurnya tak lebih dari 40 tahun, maximum 37 tahun perkiraanku. Setelah selesai makan malam, aqu pesan red wine kesukaanku, sementara mereka memesan minuman lain yg aqu tak terlalu perhatikan.

“Bagaimana dgn besok, everything is oke?” Tanya Pak Reza
“Untuk Bapak aqu siapkan yg spesial, kalau tahu bapak ada disini pasti kubawa proposalku tadi” kelakarku sambil tersenyum melirik Pak Martin, si cina ganteng itu.

Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 22:30, cukup lama juga kita ngobrol dan entah sudah berapa gelas red wine yg sudah meluncur membasahi tenggorokanku hingga kepalaqu agak berat, tak pernah aqu minum wine sebanyak ini, pengaruh alcohol sepertinya sudah menyerangku. Tamu sudah tak banyak lagi disekitar kami. Kupanggil waitres untuk menyelesaikan pembayaran yg di charge ke kamarku.

Kamipun beranjak hendak pulang ketika tiba tiba kepalaqu terasa berat dan badanku terhuyung ke Pak Martin, Pak Reza sudah duluan pergi ketika Pak Martin memeluk dan membimbingku ke lift menuju kamar, aqu sendiri sudah diantara sadar dan tak, ketika Pak Martin mengambil tas tanganku dan mengambil kunci kamar lalu membukanya. Dgn hati hati Pak Martin merebahkan badanku di ranjang, dilepasnya sepatu hak tinggiku dan perlahan membetulkan posisi badanku, aqu sudah tak ingat selanjutnya. Cerita Dewasa

Kesadaranku tiba tiba timbul ketika kurasakan dadaqu sesak dan ada kegelian bercampur nikmat di antara putingku, kubuka mataqu dgn berat dan ternyata Pak Martin sedang menindih badanku sambil mengulumi kedua putingku secara bergantian, badanku sudah telanjang, entah kapan dia melepasnya begitu juga Pak Martin yg hanya memakai celana dalam.

Bukannya berontak setelah kesadaranku timbul tapi malah mendesah kenikmatan, kuremas rambut kepala Pak Martin yg masih bermain di kedua buah dadaqu. Tangannya mulai mempermainkan selangkanganku, entah kapan dia mulai menjamah badanku tapi kurasakan kemaluanku sudah basah, aqu Cuma mendesah desah dalam kenikmatan.

“sshh.. eehh.. eegghh” desahku membuat Pak Martin makin bergairah, dia kemudian mencium bibirku dan kubalas dgn penuh gairah. Kuraba selangkangannya dan kudapati tonjolan mengeras di balik celananya, cukup besar pikirku. Sambil berciuman, kubuka celana dalamnya. Dia menghentikan ciumannya untuk melepas hingga telanjang, ternyata kemaluannya yg tegang tak sedasyat yg aqu baygkan, meski diameternya besar tapi tak terlalu panjang, paling sepanjang genggamanku, dan lagi belum disunat, ada rasa sedikit kecewa di hatiku, tapi tak kutunjukkan.

Dia kembali menindih badanku, diciuminya leherku sambil mempermainkan lidahnya sepanjang leher dan pundakku, lalu turun dan berputar putar di buah dadaqu, putingku tak lepas dari jilatannya yg ganas, jilatannya lalu beralih ke perut terus ke paha dan mempermainkan lututku, ternyata jilatan di lutut yg tak pernah kualami menimbulkan kenikmatan tersendiri. Daerah selangkangan adalah terminal terakhir dari lidahnya, dia mempermainkan klitoris dan bibir kemaluanku sambil jari tangannya mulai mengocok kemaluanku.
“sshh.. eegghh.. eehhmm.. ya Pak..truss Pak” desahku merasakan kenikmatan dari jilatan dan kocokan jari Pak Martin. Pak Martin kembali ke atasku, kakinya dikangkangkan di dadaqu sambil menyodorkan kemaluannya, biasanya aqu tak mau mengulum kemaluan pada kesempatan pertama, tapi kali ini entah karena masih terrpengaruh alcohol atau karena aqu terlalu terangsang, maka kuterima saja kemaluannya di mulutku.
Kupermainkan ujung kepalanya dgn lidah lalu turun ke batang kemaluan, kemudian tak lupa kantung bolanya dan terakhir kumasukkan kemaluan itu ke dalam mulutku, cukup kesulitan juga aqu mengulum kemaluannya karena batang itu memang besar.

Dia mengocok mulutku dgn kemaluannya selama beberapa saat, cukup kewalahan juga aqu menghadapi kocokannya untung, tak berlangsung lama. Pak Martin kembali berada diantara kakiku, disapukannya kemaluannya ke bibir kemaluanku lalu mendorong tanpa kesulitan berarti hingga melesaklah kemaluan itu ke kemaluanku semua, aqu merasa masih banyak ruang kosong di bagian dalam kemaluanku meski di bagian luarnya terasa penuh oleh besarnya batang kemaluan Pak Martin.

“ehh.. sshh.. eeghghgh” aqu mulai mendesah ketika Pak Martin mulai mengocokkan kemaluannya, dgn cepat dia mengocokku seperti piston pada mesin mobil yg tancap gas, ada perbedaan rasa atas kocokan pada kemaluan yg tak disunat itu, gesekan pada dinding kemaluanku kurang greger, tapi tak mengurangi kenikmatan malahan menambah pengalaman, tanpa ampun pantatnya turun naik di atas badanku sambil menciumi leher jenjangku, kurasakan kenikmatan dari kocokannya dan kegelian di leherku.

Pak Martin menaikkan badannya dan bertumpu pada lutut dia mengocokku, dgn posisi seperti ini aqu bisa melihat expresi wajahnya yg kemerahan dibakar nafsu, tampak sekali rona merah diwajahnya karena kulitnya yg putih tipikal orang cina, wajah gantengnya bersemu kemerahan. Kutarik wajahnya dan kucium bibirnya karena gemas, kocokannya makin cepat dan keras, keringat sudah membasahi badannya meski belum terlalu lama kami bercinta.

Kugoyangkan pantatku mengimbangi gerakannya, ternyata itu membuat dia melambung ke atas dan menyemprotlah spermanya di kemaluanku, kepala kemaluannya kurasakan membesar dan menekan dinding kemaluanku, denyutnya sampai terasa di bibir kemaluanku, lalu dia terkulai lemas setelah menyemprotkan spermanya hingga habis.

Agak kecewa juga aqu dibuatnya karena aqu bahkan belum sempat merasakan sensasi yg lebih tinggi, terlalu cepat bagiku, tak lebih dari sepuluh menit.

“sorry aqu duluan” bisiknya di telingaqu sambil badannya ditengkurapkan di atas badanku.
“nggak apa kok, ntar lagi” kataqu menghibur diri sendiri, kudorong badannya dan dia rebah disampingku, dipeluknya badanku, dgn tetap telanjang kami berpelukan, napasnya masih menderu deru.

Aqu berdiri mengambil Marlboro putih dari tas tanganku, kunyalakan dan kuhisap dalam dalam dan kuhembuskan dgn keras untuk menutup kekesalan diriku.

“I need another kontol” pikirku kalut. Kulihat di HP ada SMS dari Rio dgn pesan “namanya Rino, akan menghubungi mbak, dari Rio”

Jarum jam sudah menunjukkan 23:20, berarti cukup lama aqu tadi tak sadarkan diri sampai akhirnya “dibangunkan” Pak Martin, kulihat Pak Martin sudah terlelap kecapekan, kupandangi dia, dgn postur badan yg cukup atletis dan wajah yg ganteng sungguh sayg dia tak bisa bertahan lama, pikirku. Kisah Perselingkuhan

Kunyalakan Marlboro kedua untuk menurunkan birahiku yg masih tinggi setelah setelah mendapat rangsangan yg tak tuntas, lalu kucuci kemaluanku dari sperma Martin, kalau tak ingat menjaga wibawa seorang boss, sudah kuminta si Andi menemaniku malam ini, tapi ketepis angan itu karena akan merusak hubungan kerjaqu dgnnya.

Kulayngkan pandanganku keluar, gemerlap lampu Kota Surabaya masih kukenali meski sudah bertahun tahun kutinggalkan. Kalau tak ada Pak Martin mungkin sudah kuhubungi Rio untuk segera mengirim Rino kemari, tapi aqu jadi nggak enak sama dia.

Ketika akan kunyalakan batang rokok ketiga, kudengar bel pintu berbunyi, agak kaget juga ada tamu malam malam begini, kuintip dari lubang intip di pintu, berdiri sosok lelaki tegap dgn wajah ganteng seganteng Antonio Banderas, maka kukenakan piyama dan kubuka pintu tanpa melepaskan rantai pengamannya.

“mbak Lily? saya Rino temannya Rio” sapanya

Agak bingung juga aqu, disatu sisi aqu membutuhkannya apalagi dgn penampilan dia yg begitu sexy sementara di sisi lain masih ada Pak Martin di ranjang.

“Sebentar ya” kataqu menutup pintu kembali, terus terang aqu nggak tahu bagaimana menentukan sikap, sebenarnya aqu nggak keberatan melayani mereka berdua malah itu yg aqu harapkan tapi bagaimana dgn Pak Martin, rekanan bisnis yg baru beberapa jam yg lalu aqu kenal, tentu aqu harus menjaga citraqu sebagai seorang bisnis perempuan professional, aqu bingung memikirkannya.

“kudengar ada bel pintu, ada tamu kali” kata Pak Martin dari ranjang
“eh..anu..enggak kok Pak” jawabku kaget agak terbata
“jangan panggil Pak kalau suasana begini, apalagi dgn apa yg baru saja terjadi, panggil Martin atau Koh Martin saja, toh hanya beberapa tahun lebih tua”
“iya teman lama, nggak penting sih, tapi kalau bapak keberatan aqu suruh dia pulang biar besok dia kesini lagi” kataqu
“ah nggak pa pa kok, santai saja” jawabnya ringan.

Aqu kembali membuka pintu tapi aqu yg keluar menemui dia di depan pintu, kini kulihat jelas postur badannya yg tinggi dan atletis, umur paling banter 26 tahun, makin membuat aqu kepanasan.

“di dalam ada rekanku, bilang aja kamu teman lama dan apapun yg terjadi nanti suka atau nggak suka kamu harus terima bahkan kalau aqu memintamu untuk pulang tanpa melaqukan apa apa kamu harus nurut, besok aqu telepon lagi, aqu mohon pengertianmu” kataqu pada Rino tegas.

“Nggak apa mbak, aqu ikuti saja permainan Mbak Lily, aqu percaya sama Rio dan aqu orangnya easy going kok mbak, pandai membawa diri” katanya lalu kupersilahkan masuk.

Kulihat Martin masih berbaring di ranjang dgn bertutupkan selimut. Aqu jadi canggung diantara dua lelaki yg baru kukenal ini sampai lupa mengenalkan mereka berdua, basa basi kutawari Rino minuman, tiba tiba Martin bangkit dari ranjang dan dgn tetap telanjang dia ke kamar mandi. Aqu kaget lalu melihat ke Rino yg hanya dibalas dgn senyuman nakal.

“wah ngganggu nih” celetuk Rino
“ah enggak udah selesai kok”jawabku singkat
“baru akan mulai lagi, kamu boleh tinggal atau ikutan atau pergi terserah kamu, tapi itu tergantung sama Lily” teriak Martin dari kamar mandi, entah basa basi atau bercanda atau serius aqu nggak tau.
“Rio udah cerita sama aqu mengenai mbak” bisik Rino pelan supaya tak terdengar Martin.

Martin keluar dari kamar mandi dgn tetap telanjang, dia mendekatiku menarikku dalam pelukannya lalu mencium bibirku, tanpa mempedulikan keberadaan Rino dia melorotkan piyamaqu hingga aqu telanjang di depan mereka berdua. Kami kembali berpelukan dan berciuman, tangan Martin mulai menjamah buah dadaqu, meraba raba dan meremasnya. Ciumannya turun ke leherku hingga aqu mendongak kegelian, kemudian Martin mengulum putingku secara bergantian, kuremas remas rambutnya yg terbenam di kedua buah dadaqu.

Kulihat Rino masih tetap duduk di kursi, entah kapan dia melepas baju tapi kini dia hanya mengenakan celana dalam mini merahnya, benjolan dibaliknya sungguh besar seakan celana dalamnya tak mampu menampung kebesarannya.
Badannya begitu atletis tanpa lemak di perut menambah ke-sexy-annya. Melihat potongan badannya berahiku menjadi cepat naik disamping rangsangan dan serbuan dari Martin di seluruh badanku, kupejamkan mataqu sambil menikmati cumbuan Martin.

Ketika jilatan Martin mencapai selangkanganku, kuraskan pelukan dan rabaan di kedua buah dadaqu dari belakang, kubuka mataqu ternyata Martin sedang sibuk di selangkanganku dan Rino berada di belakangku. Sambil meraba raba Rino menciumi tengkuk dan menjilati telingaqu membuat aqu menggelinjang kegelian mendapat rangsangan atas bawah depan belakang secara bersamaan, terutama yg dari Rino lebih menarik konsentrasiku.

Mereka merebahkan badanku di ranjang, Martin tetap berkutat di kemaluanku sementara Rino beralih mengulum putingku dari kiri ke kanan. Kugapai kemaluan Rino yg menegang, agak kaget juga mendapati kenyataan bahwa kemaluannya lebih panjang, hampir dua kali punya Martin meski batangnya tak sebesar dia, tapi bentuknya yg lurus ke depan dan kepalanya yg besar membuat aqu semakin ingin cepat menikmatinya, kukocok kocok untuk mendapatkan ketegangan maximum dari kemaluannya.

Martin membalikkan badanku dan memintaqu pada posisi doggie, Rino secara otomatis menempatkan dirinya di depanku hingga posisi kemaluannya tepat menghadap ke mukaqu persisnya ke mulutku. Untuk kedua kalinya Martin melesakkan kemaluannya ke kemaluanku dan langsung menyodok dgn keras hingga kemaluan Rino menyentuh pipiku. Kuremas kemaluan itu ketika Martin dgn gairahnya mengobok obok kemaluanku.

Tanpa sadar karena terpengaruh kenikmatan yg diberikan Martin, kujilati Kemaluan Rino dalam genggamanku dan akhirnya kukulum juga ketika Martin menghentakkan badannya ke pantatku, meski tak sampai menyentuh dinding terdalam kemaluanku tapi kurasakan kenikmatan demi kenikmatan pada setiap kocokannya.

Kukulum kemaluan Rino dgn gairah segairah kocokan Martin padaqu, Rino memegang kepalaqu dan menekan dalam dalam sehingga kemaluannya masuk lebih dalam ke mulutku meski tak semuanya tertanam di dalam. Sambil mengocok tangan Martin meraba raba punggungku hingga ke dadaqu, sementara Rino tak pernah memberiku peluang untuk melepaskan kemaluannya dari mulutku.

“eegghhmm.. eegghh” desahku dari hidung karena mulutku tersumbat kemaluan Martin.

Tak lama kemudian Martin menghentikan kocokannya dan mengeluakan kemaluannya dari kemaluanku meski belum kurasakan orgasmenya, Rino lalu menggantikan posisi Martin, dgn mudahnya dia melesakkan kemaluannya hingga masuk semua karena memang batangnya lebih kecil dari kemaluan Martin, kini ini kurasakan dinding bagian dalam kemaluanku tersentuh, ada perasaan menggelitik ketika kemaluan Rino menyentuhnya.

Dia langsung mengocok perlahan dgn penuh perasaan seakan menikmatai gesekan demi gesekan, makin lama makin cepat, tangannya memegang pinggangku dan menariknya berlawanan dgn gerakan badannya sehingga kemaluannya makin masuk ke dalam mengisi rongga kemaluanku yg tak berhasil terisi oleh kemaluan Martin.

Ada kenikmatan yg berbeda antara Martin dan Rino tapi keduanya menghasilkan sensasi yg luar biasa padaqu saat ini. Cukup lama Rino menyodokku dari belakang, Martin entah kemana dia tak ada di depanku, mungkin dia meredakan nafsunya supaya tak orgasme duluan.

Rino lalu membalikku, kini aqu telentang di depannya, ditindihnya badanku dgn badan sexy-nya lalu kembali dia memasukkan kemaluannya, dgn sekali dorong amblaslah tertelan kemaluanku, dgn cepat dan keras dia mengocokku, kemaluannya yg keras dgn kepala besar seakan mengaduk aduk isi kemaluanku, aqu mendesah tak tertahan merasakan kenikmatan yg kudapat.

“eehh..yess..fuck me hard..yess” desahku mulai ngaco menerima gerakan Rino yg eksotik itu. Sambil mendesah kupandangi wajah tampan Antonio Banderas-nya yg menurut taksiranku tak lebih dari 26 tahun, membuat aqu makin kelojotan dan tergila gila dibuatnya. Kulihat Martin berdiri di samping Rino, tatapan mataqu tertuju pada kemaluannya yg terbungkus kondom yg menurutku aneh, ada asesoris di pangkal kondom itu, sepertinya ada kepala lagi di pangkal kemaluannya. Kulihat dia dan dia membalas tatapanku dgn pandangan dan senyum nakal.

Ditepuknya pundak Rino sebagai isyarat, agak kecewa juga ketika Rino menarik keluar kemaluannya disaat saat aqu menikmatinya dgn penuh nafsu. Tapi kekecewaan itu tak berlangsung lama ketika Martin menggantikan posisinya, begitu kemaluannya mulai melesak masuk kedalam tak kurasakan perbedaannya dari sebelumnya tapi begitu kemaluannya masuk semua mulailah efek dari kondom berkepala itu kurasakan, ternyata kepala kondom itu langsung menggesek gesek klitorisku saat Martin menghunjam tajam ke kemaluanku, klitorisku seperti di gelitik gelitik saat Martin mengocok kemaluanku, suatu pengalaman baru bagiku dan kurasakan kenikmatan yg aneh tapi begitu penuh gairah.

Martin merasakan kemenangan ketika badanku menggelinjang menikmati sensasinya. Rino kembali mengulum putingku dari satu ke satunya, lalu badannya naik ke atas badanku dan mekangkangkan kakinya di kepalaqu, disodorkannya kemaluannya ke mulutku, aqu tak bisa menolak karena posisinya tepat mengarah ke mulut, kucium aroma kemaluanku masih menempel di kemaluannya, langsung kubuka mulutku menerima kemaluan itu.

Sementara kocokan Martin di kemaluanku makin menggila, kenikmatannya tak terkirakan, tapi aqu tak sempat mendesah karena disibukkan kemaluan Rino yg keluar masuk mulutku. Aqu menerima dua kocokan bersamaan di atas dan dibawah, membuatku kewalahan menerima kenikmatan ini.

Setelah cukup lama mengocokku dgn kondom kepalanya, Martin menarik keluar kemaluannya dan melepaskan kondomnya lalu dimasukkannya kembali ke kemaluanku, tak lama kemudian kurasakan denyutan dari kemaluan Martin yg tertanam di kemaluanku, denyutannya seakan memelarkan kemaluanku karena terasa begitu membesar saat orgasme membuatku menyusul beberapa detik kemudian, dan kugapailah kenikmatan puncak dari permainan sex, kini aqu bisa mendapatkan orgasme dari Martin. Tahu bahwa Martin telah mendapatkan kepuasannya, Rino beranjak menggantikan posisi Martin, tapi itu tak lama, dia memintaqu untuk di atas dan kuturuti permintaannya.

Rino lalu telentang di sampingku, kunaiki badannya dan kuatur badanku hingga kemaluannya bisa masuk ke kemaluanku tanpa kesulitan berarti.

Aqu langsung mengocok kemaluannya dgn gerakan menaik turunkan pantatku, buah dadaqu yg menggantung di depannya tak lepas dari jamahannya, diremasnya dgn penuh gairah seiring dgn kocokanku. Gerakan pinggangku mendapat perlawanan dari Rino, makin dia melawan makin dalam kemaluannya menancap di kemaluan dan makin tinggi kenikmatan yg kudapat. Karena gairahku belum turun banyak saat menggapai orgasme dgn Martin, maka tak lama kemudian kugapai lagi orgasme berikutnya dari Rino, denyutanku seolah meremas remas kemaluan Rino di kemaluanku.

“OUUGGHH.. yess.. yess.. yess” teriakku

Rino yg belum mencapai puncaknya makin cepat mengocokku dari bawah, badanku ambruk di atas dadanya, sambil tetap mengocokku dia memeluk badanku dgn erat, kini aqu Cuma bisa mendesah di dekat telinganya sambil sesekali kukulum. Tak berapa lama kemudian Rino pun mencapai puncaknya, kurasakan semprotan sperma dan denyutan yg keras di kemaluanku terutama kepala kemaluannya yg membesar hingga mengisi semua kemaluanku.

“oouuhh..yess..I love it” teriakku saat merasakan orgasme dari Rino.

Kurasakan delapan atau sembilan denyutan keras yg disusul denyutan lainnya yg melemah hingga menghilang dan lemaslah batang kemaluan di kemaluanku itu.

Kami berpelukan beberapa saat, kucium bibirnya dan aqupun berguling rebahan di sampingnya, Rino memiringkan badannya menghadapku dan menumpangkan kaki kanannya di badanku sambil tangannya ditumpangkan di buah dadaqu, kurasakan hembusan napasnya di telingaqu.

“mbak Lily sungguh hebat” bisiknya pelan di telingaqu.

Aqu hanya memandangnya dan tersenyum penuh kepuasan. Cukup lama kami terdiam dalam keheningan, seolah merenung dan menikmati apa yg baru saja terjadi. Akhirnya kami dikagetkan bunyi “beep” satu kali dari jam tangan Rino yg berarti sudah jam 1 malam.

“Rino, kamu nginap sini ya nemenin aqu ya, Koh Martin kalau nggak keberatan dan tak ada yg marah di rumah kuminta ikut nemenin, gimana?” pintaqu
“Dgn senang hati” jawabnya gembira, Rino hanya mengangguk sambil mencium keningku.

Kami bertiga rebahan di ranjang, kumiringkan badanku menghadap Martin, kutumpangkan kaki kananku ke badannya dan tanganku memeluk badannya, sementara Rino memelukku dari belakang, tangannya memegang buah dadaqu sementara kaki kanannya ditumpangkan ke pinggangku.Tak lama kemudian kami tertidur dalam kecapekan dan penuh kenangan, aqu berada ditengah diantara dua lelaki yg baru kukenal beberapa jam yg lalu.

Entah berapa lama kami tidur dgn posisi seperti itu ketika kurasakan ada sesuatu yg menggelitik kemaluanku, kubuka mataqu untuk menepis kantuk, ternyata Rino berusaha memasukkan kemaluannya ke kemaluanku dari belakang dgn posisi seperti itu. Kuangkat sedikit kaki kananku untuk memberi kemudahan padanya, lalu kembali dia melesakkan kemaluannya ke kemaluanku, aqu masih tak melepaskan pelukanku dari Martin sementara
Rino mulai mengocokku dari belakang dgn perlahan sambil meremas remas buah dadaqu. Tanganku pindah ke kemaluan Martin dan mengocoknya hingga berdiri, tapi anehnya Martin masih memejamkan matanya, sepuluh menit kemudian Rino kurasakan denyutan kuat dari kemaluan Rino pertanda dia orgasme, tanpa menoleh ke Rino aqu melanjutkan tidurku, tapi ternyata Martin sudah bangun, dia memintaqu menghadap ke Rino ganti dia yg mengocokku dari belakang seperti tadi sambil aqu memeluk badan Rino dan memegangi kemaluannya yg sudah mulai melemas.
Berbeda dgn kocokan Rino yg pelan pelan, Martin melaqukan kocokan dgn keras disertai remasan kuat di buah dadaqu sampai sesekali aqu menjerit dalam kenikmatan, cukup lama Martin mengocokku hingga aqu mengalami orgasme lagi beberapa detik sebelum dia mengalaminya, kemudian kami melanjutkan tidur yg terputus.

Kami terbangun sekitar pukul delapan ketika telepon berbunyi, kuangkat dan ternyata dari Andi.

“pagi bu, udah bangun?” tanyanya dari seberang

“pagi juga Andi, untung kamu bangunin kalau tak bisa ketinggalan meeting nih, oke kita ketemu di bawah pukul 9, tolong di atur tempat meetingnya, cari yg bagus” jawabku memberi perintah

“beres bu” jawabnya
“Martin, aqu ada meeting dgn Pak Reza jam 10, kamu bagaimana?” tanyaqu
“lho meetingnya kan juga sama sama aqu” jawab Martin
“oh ya? dia tak pernah cerita tuh, dia Cuma bilang meetingnya antara aqu, dia dan satu orang lagi rekannya”

“oke anyway, aqu tak mau datang ke tempat meeting dgn pakaian yg sama dgn kemarin”
“Ayo mandi lalu kita cari pakaian di bawah” kataqu
“Rino, kamu boleh tinggal disini atau pergi, tapi yg jelas aqu nanti memerlukanmu setelah meeting” kataqu sambil menuju ke kamar mandi menyusul Martin yg mandi duluan.

Kami berdua mandi dibawah pancuran air hangat, kami saling menyabuni satu sama lain, dia memelukku dari belakang sambil meremas remas buah dadaqu dan menjilati telingaqu, kuraih kemaluannya dan kukocok, badan kami yg masih berbusa sabun saling menggesek licin, ternyata membuatku lebih erotis dan terangsang.

Tanpa menunggu lebih lama kuarahkan angkat kaki kananku dan mengarahkan kemaluannya ke kemaluanku, dgn ketegangannya ditambah air sabun maka mudah baginya untuk masuk ke dalam, Martin langsung menancapkan sedalam dia bisa. Pancuran air panas membasahi badan kami berdua lebih romantis rasanya, tapi itu tak berlangsung lama ketika Martin menyemprotkan spermanya di dalam kemaluanku, tak banyak dan tak kencang memang tapi cukuplah untuk memulai hari ini dgn dgn penuh gairah.

Setelah mandi aqu mengenakan pakaian kerja resmi, entah mengapa kupilih pakaian yg resmi tapi santai, mungkin karena terpengaruh perasaanku yg lagi bergairah maka tanpa bra kukenakan tank top dan kututup dgn blazer untuk menutupi putingku yg menonjol di balik tank top-ku, lalu kupadu dgn rok mini sehingga cukup kelihatan resmi, aqu merasa sexy dibuatnya.

Kutinggalkan amplop berisi uang di meja dan kucium Rino.
“Kalau kamu mau mau keluar ada uang di meja, ambil saja ntar aqu hubungi lagi, kalau mau tinggal up to you be my guest” bisikku yg dibalas ciuman dan remasan di buah dadaqu.

Pukul 9:15 kami keluar kamar, bersamaan dgn Andi keluar dari kamarnya tepat ketika aqu keluar bersama Martin dan Rino memberiku ciuman di depan pintu, dia menoleh ke arah kami tapi segera memalingkan wajahnya ke arah lain seolah tak melihat, tapi aqu yakin dia melihatnya.

“Morning Andi” sapaqu
“eh morning Bu, ruang meeting sudah aqu atur dan semua dokumen sudah saya siapkan, copy file-nya ada di laptop ibu” jawabnya memberi laporan ketika kami menuju lift.
“Thanks Ndi” jawabku singkat.

Kami bertiga terdiam di lift, aqu yg biasanya banyak bicara mencairkan suasana jadi kaqu dan salah tingkah, masih memikirkan apa yg ada di pikiran Andi bahwa aqu keluar dari kamar dgn seorang lelaki dan ada lelaki lainnya di kamarku, ah persetan pikirku, saking kikuknya sampai aqu lupa mengenalkan Martin pada Andi.

Dalam kebekuan kuamati Andi dari baygan di cermin lift, baru kusadari kalau sebenarnya Andi mempunyai wajah tampan dan berwibawa, meski umurnya baru 27 tahun tapi ketegasan tampak di kerut wajahnya. Sedikit lebih tinggi dariku tapi karena aqu pakai sepatu hak tinggi, maka kini aqu lebih tinggi darinya, posturnya badannya cukup proporsional karena dia sering cerita kalau fitness secara teratur 3 kali seminggu, aqu baru sadar bahwa selama ini aqu nggak pernah melihat Andi sebagai seorang lelaki, tapi lebih kepada pandangan seorang Bos ke anak buahnya.

Diluar dugaan, Andi ternyata memergokiku saat mengamatinya, pandangan mata kami bertemu di pantulan cermin.

“Ting”, untunglah lift terbuka, aqu segera keluar menghindar dari pandangan Andi, kami langsung breakfast setelah terlebih dulu mencarikan Martin pakaian dan dasi pengganti, meski Shopping

Arcade masih belum buka karena terlalu pagi, tapi dgn sedikit paksaan akhirnya mereka mau juga melayani kami.

“Eh Bu Lily, saya kok belum dikenalin dgn Mas ini” Tanya Martin bersikap resmi, mengingatkanku akan kekonyolanku pagi ini.

“Oh iya, Andi, ini Pak Martin, clien dari Pak Reza yg akan menjual produk kita ke Cina yg berarti Clien kita juga, dan nanti Pak Martin akan gabung dgn kita di meeting” kataqu yg disambut uluran tangan Martin ke Andi.

“Pak Martin, Andi ini salah satu orang kepercayaan saya, dialah yg in charge nanti, meski baru dua tahun ikut saya tapi naluri bisnisnya boleh di uji” lanjutku memuji Andi, itu biasa kulaqukan untuk memperbesar rasa percaya diri anak buah sekaligus supaya clien lebih confident.

Ini adalah breakfast terlama yg pernah aqu alami, serba salah tingkah dan yg pasti aqu tak berani memandang Andi, entah mengapa. Untunglah Martin bisa mencairkan suasana bengan berbagai joke-nya.

Bertiga kami masuk ke ruang meeting yg sudah di booking Andi, ternyata cukup nyaman suasananya, tak seperti ruang meeting biasa yg kaqu dan menjemukan, tapi lebih terkesan bernuansa santai tapi serius, Meeting table bulat dgn dikelilingi 6 kursi putar, sementara dipojokan ada sofa dan meja kecil, di ujung yg lain terdapat tea set lengkap dgn electric kettle.

Aqu dan Andi duduk bersebelahan menyiapkan dokumen di meja, kuletakkan laptop di depanku, Pak Martin duduk di sebelah kiriku.

“Ndi tolong nyalakan laptop, aqu ke toilet sebentar” kataqu sambil meninggalkan mereka berdua. Kuhabiskan sebatang Marlboro di toilet untuk menghilangkan keteganganku dan kurapikan baju dan make up ku.

Pak Reza sudah berada di ruangan ditemani dgn wanita yg muda dan cantik ketika aqu kembali ke ruangan meeting.

“Pagi Pak Reza, pagi Bu” sapaqu sambil menyalami mereka berdua
“Pagi juga Mbak Lily, anda kelihatan cantik pagi ini” kata Pak Reza
“emang selama ini nggak cantik” jawabku
“Lily” sapaqu pada wanita di samping Pak Reza sambil mengulurkan tangan
“Lisa” jawabnya sambil tersenyum manis
“bukan begitu, tapi pagi ini lebih cantik dan cerah”
“Oh Mbak Lisa, selama ini kita hanya bertemu lewat telepon dan faximile” kataqu lagi
“dan sekarang inilah dia orangnya” lanjut Pak Reza.

Ternyata Andi belum menyalakan laptopku, agak marah juga aqu melihat dia tak melaksanakan perintahku, maka dgn mata melotot ke arahnya kuambil kembali laptopku dari hadapannya lalu kunyalakan.

Betapa terkejutnya aqu ketika laptop itu menyala, tampak di monitor laptopku seorang wanita sedang telentang menerima kocokan di kemaluannya sementara mulutnya mengulum kemaluan kedua dan tangan satunya memegang kemaluan ketiga, aqu baru tersadar kalau sebelum berangkat dari kantor kemarin sempat membuka koleksi pic yg ada laptop-ku dan karena buru buru mungkin saat mematikan laptop bukan “shut down” yg aqu pilih tapi “stand by”.

Mukaqu merah dibuatnya, untung tak ada yg memperhatikan, langsung aqu “re-booting”, kulirik Andi tapi dia menyiapkan document dan tak memperhatikanku, pantesan dia langsung mematikannya, pikirku. Aqu jadi lebih salah tingkah lagi terhadap Andi, tapi segera aqu kembali konsentrasi untuk meeting ini.

Meeting dimulai dgn presentasi Andi dan dilaqukan tanya jawab, justru yg banyak bertanya adalah Lisa dan itu dilayani dgn cekatan oleh Andi, sementara aqu Cuma kadang kadang saja menguatkan pendapat Andi atau membantunya membuat keputusan untuk menerima atau klarifikasi, hal ini kulaqukan untuk lebih meyakinkan Lisa maupun Pak Reza disamping untuk memperbesar rasa percaya diri pada Andi.

Cukup alot juga pembicaraan antara mereka berdua, tapi aqu tak mau mencampuri sebelum dia benar benar kepepet. Aqu kagum sama Lisa yg cantik tapi piawai dalam negosiasi.

Setelah masalah teknis dan kontrak selesai sampailah pada masalah harga dan itu adalah tugasku dgn Pak Reza, dgn beberapa alternatif harga yg aqu tawarkan akhirnya dicapailah kesepakatan.

“Ndi, kamu revisi dan di print di Business Center supaya bisa ditandatangani sekarang juga, jangan lupa materei-nya” perintahku
“baik bu”jawabnya lalu dia keluar sambil membawa laptopku dokumen dokumen yg diperlukan.

Kupesan champagne merayakan kerja sama ini ketika Andi sudah meninggalkan ruangan.

“Selamat Mbak Lily semoga sukses dgn kerja sama kita ini” Pak Martin menyalamiku sambil mencium kedua pipiku.
Aqu menyalami lalu memeluk Lisa dan menempelkan pipiku padanya.
“Anda begitu hebat dalam negosiasi” kataqu
Tanpa kuduga dia menjawab berbisik di telingaqu.
“terima kasih, Pak Reza tahu lho apa yg terjadi tadi malam di tempat Ibu”
“oh ya? apa itu”jawabku kaget
“Pak Martin menginap di tempat mbak” katanya pelan mengagetkanku
“dan satu orang cowok lagi” lanjutnya

Kulepas pelukannya dan kupandangi Lisa yg masih kelihatan polos itu, lalu pandanganku beralih ke Martin sebagai protes, tapi dia hanya mengerutkan kening dan mengangkat bahu saja sambil senyum. Tak sempat terbengong lebih lama, Pak Reza menyalamiku

“Selamat atas kerja sama kita” katanya sambil menyalamiku dan tak kusangka sangka dia menarik badanku ke pelukannya “I know what you did last night” katanya sambil mempererat pelukannya dan mengelus elus punggungku.

Aqu masih tertegun tak merespon ucapan maupun tindakan Pak Reza, tapi kurasakan buah dadaqu tergencet di dadanya saat dia memelukku erat.

“Pak Reza banyak orang, malu ah” jawabku pelan
“banyak orang? ini kan kita kita juga” jawabnya tanpa melepas pelukannya tapi malah meremas pantatku

Kulirik Pak Martin, dia hanya bediri di pojok melihat kami, sementara Lisa malah mendekat ke Pak Martin.

“Mari kita rayakan kerja sama ini dgn penuh persahabatan” bisiknya sambil mencium pipi dan bibirku bersamaan dgn tangannya menyingkap rok miniku hingga ke pinggang, aqu yakin Lisa maupun Martin bisa melihat celana dalam model “Thong” yg hanya terdapat penutup segitiga kecil di depan, hingga pasti mereka sudah melihat pantatku.

Ciuman Pak Reza sudah sampai di leherku, dilepasnya blazer yg menutupi bagian luarku hingga tampak tank top pink yg kukenakan dibaliknya. Dgn hanya mengenakan tank top, maka tampaklah putingku yg menonjol di baliknya.

Sebenarnya aqu bisa saja menolak cumbuan Pak Reza kalau mau, tapi melihat pandangan Pak Reza yg penuh wibawa dan wajahnya yg galak tegas membuat aqu takluk dalam pelukan dan ciumannya. Bukan ketaqutan masalah bisnis, aqu yakin sebagai seorang professional dia bisa membedakan antara bisnis dan pribadi, tapi memang pada dasarnya aqu juga mau dicumbunya.

Kulihat Pak Martin sudah berciuman dgn Lisa sementara tangannya meremas remas buah dada Lisa yg montok itu. Pak Reza lalu menelentangkan badanku di atas meja meeting, disingkapkan rokku dan dari celah celana dalam mini dia mulai menciumi dan menjilati kemaluanku dgn gairahnya.

Tiba tiba kami dikagetkan ketukan di pintu, segera aqu berdiri dan membetulkan rok miniku dan kuambil blazerku, tapi Pak Reza memberi tanda supaya nggak usah dipakai.

Lisa membuka pintu, ternyata room boy yg mengantar champagne pesananku, Lisa menerima dan menyelesaikan pembayarannya ke kamarku dan dia minta supaya di depan pintu diberi tanda “DO NOT DISTURB”, setelah mengunci pintu Lisa membuka dan menuangkan untuk kami.

Pak Reza tak mau kehilangan waktu, begitu pintu ditutup, dia kembali memelukku lalu menurunkan tali tank top ku hingga ke tangan, setelah meremas remas sambil mencium leherku, ditariknya tank topku hingga ke perut, maka terpampanglah buah dadaqu di depan semua orang.

“wow, very nice breast, begitu kencang, I love it” komentar Pak Reza lalu kepalanya dibenamkan di antara kedua bukit itu sambil tangannya meremas remasnya. Ciumannya dgn cepat berpindah ke puncak bukit dan secara bergantian dia mengulum dari satu puncak ke puncak lainnya. Dgn cepat ciuman Pak Reza turun ke perut dan selangkanganku setelah terlebih dahulu melemparkan tank top ke Martin dan kembali merebahkan aqu di meja meeting, dijilatinya kemaluanku dari balik celana dalamku.

Martin mendekatiku dari atas lalu mencium bibirku dan meremas buah dadaqu kemudian mengulum putingnya, sementara jilatan Pak Reza makin menggila di kemaluanku, tapi aqu tak berani mendesah.

Lisa sudah melepas blazernya hingga kelihatan buah dadanya yg montok menantang dibalik kaos you can see ketatnya, dia hanya duduk memperhatikan kami, tak seorangpun menyentuh champagne yg sudah kupesan, ternyata aqulah yg menjadi santapan selamat, bukan champagne itu. Disaat aqu lagi meregang dalam kenikmatan, kembali kami dikagetkan suara handle pintu dibuka, lalu berganti dgn ketukan.

“Andi” teriakku panik aqu tak ingin Andi melihatku dalam keadaan seperti ini, akan mengurangi wibawaqu dimatanya.

Kudorong kepala Pak Reza dgn halus, aqu mencari tank top atau blazerku tapi terlambat, Lisa sudah membuka dgn hati hati pintu itu dan masuklan Andi dgn membawa laptop dan dokumen dokumennya sebelum aqu sempat menutupi badan atasku.

Kulihat wajah Andi melongo terkaget kaget melihat aqu duduk di meja meeting dalam keadaan topless dan kaki di atas kursi, sementara Pak Reza masih jongkok di bawahku dan Martin ada dibelakangku dgn bertelanjang dada.

“eh ma..ma..maaf mengganggu” katanya lalu berbalik ke pintu, tapi Lisa segera menghalangi dan menutup kembali pintu itu.
“Udah duduk saja di sini” jawab Lisa sambil menghalangi pintu itu dgn badannya.
“tapi..tapi ..tapi ini harus ditandatangani” jawabnya belum sadar dgn apa yg terjadi.

“nggak ada tapi, tanda tangan mah gampang, sini aqu Bantu” kata Lisa sambil mengambil dokumen dan laptop dari tangan Andi dan meletakkannya di meja pojok ruangan di samping champagne..

“taruh di sini saja, kamu lihat sendiri kan mereka sedang sibuk” kata Lisa sambil menarik Andi duduk disebelahnya di sofa.
Kulihat wajah Andi masih melongo kaget melihat bagaimana tingkah laquku.

“Sudah terlambat, persetan, apa yg terjadi terjadilah” pikirku dan kembali telentang di meja menuruti permintaan Pak Reza, dipelorotnya rok mini dan celana dalamku.

Pada mulanya agak risih juga bertelanjang di depan Andi tapi selanjutnya sudah tak kuperhatikan lagi kehadiran Andi di ruangan itu ketika lidah Pak Reza dgn cantiknya kembali menggelitik klitorisku. Martin membimbing tanganku dan dipegangkan ke kemaluannya yg sudah tegang, ternyata dia sudah mengeluarkan kemaluannya dari lubang resliting, tanpa menunggu lebih lama kukocok kemaluan itu.

Pak Reza melepas celana dalamku dan dilemparkannya ke arah Lisa dan Andi, ternyata Lisa sudah duduk di pangkuan Andi dan mereka sedang berciuman.

Pak Reza menarikku duduk di tepi meja, ternyata dia masih berpakaian lengkap, kubantu melepaskan pakaiannya, lalu aqu jongkok di depannya, kupelorotkan celananya, ternyata dia tak memakai celana dalam, dan wow kemaluannya yg menegang membuatku terpesona, besar dgn guratan otot di batangnya menonjol dgn jelas.

Segera kujilati kepala kemaluannya dan memasukkan kepala kemaluannya ke mulutku, kupermainkan dgn lidahku di dalam, tak tahan diperlaqukan seperti itu, Pak Reza menaikkanku kembali duduk di meja, disapukannya kepala kemaluan itu ke bibir kemaluanku, pelan pelan mendorong hingga masuk semua lalu didiamkannya sejenak, maka melesaklah kemaluan kedua di hari untuk kemaluanku. Dia memandangku dgn penuh nafsu, mencium bibirku, lalu mulai menggoygkan pantatnya maju mundur mengocok kemaluanku, tangannya meraba buah dadaqu lalu wajahku dan jarinya dimasukkan ke mulutku, kukulum dan kupermainkan jarinya dgn lidahku.

Pak Martin mendekat lalu meremas remas buah dadaqu, kuraih kemaluannya yg masih tegang nongol dari lubang resliting dan kukocok seirama kocokan Pak Reza.

Kudengar desahan dari tempat lain, ternyata Lisa sudah semi telanjang di pangkuan Andi sedang mendapat kuluman dan remasan darinya di kedua putingnya, buah dada Lisa yg montok itu hampir menutup wajah Andi yg sedang terbenam di celah celahnya. Melihat hal itu, Pak Martin meninggalkan kami menuju ke Lisa dan Andi, segera dia mengulum puting Lisa yg merah menantang berbagi dgn Andi, mendapat kuluman dari dua orang, Lisa sepertinya ingin teriak tapi ditahannya dgn menggigit jarinya.

Setelah puas mengocokku dari depan sambil meremas remas buah dadaqu, Pak Reza memintaqu berbalik, maka aqu berdiri membelakangi dia dan badanku membungkuk ke depan bertumpu pada meja, kaki kananku kunaikkan di kursi, Pak Reza kembali melesakkan kemaluannya di kemaluanku, dia mengocok dgn kerasnya hingga meja meeting itu begoyg goyg.

Dgn posisi seperti ini aqu bisa melihat Lisa sedang duduk di sofa menerima jilatan Andi di kemaluan mengulum kemaluan Pak Martin yg berdiri di sampingnya. Kocokan Pak Reza serasa menggesek semua sisi dinding kemaluanku, begitu nikmat hingga aqu melayg dibuatnya, ingin aqu menjerit karenanya tapi kutahan dgn menggigit bibirku.

Terbuai oleh kenikmatan dari Pak Reza, tanpa kusadari ternyata Lisa, Andi dan Martin ternyata sudah bergeser ke meja di dekatku hingga aqu bisa melihat dgn jelas bagaimana Andi mempermainkan klitoris Lisa sambil mengocokkan jarinya, ternyata dia sudah mahir juga, batinku. Sementara Pak Martin berada di antara aqu dan Lisa, sambil mengulum puting Lisa dia meremas buah dadaqu.

Terkaget aqu ketika melihat Andi mengusapkan kemaluannya di kemaluan Lisa, ternyata kemaluan Andi begitu besar, sepertinya jauh lebih besar dari punya Pak Reza apalagi Pak Martin, mungkin sama besar dgn punya suamiku tapi dgn bentuk yg melengkung ke atas membuatku ingin menikmatinya, itu adalah bentuk kemaluan favoritku.

Sepertinya dia kesulitan memasukkan kemaluan besarnya ke kemaluan Lisa, berulang kali dia berusaha memasukkan tapi gagal meski kemaluan Lisa sudah basah, dicoba lagi dan dicoba lagi hingga berhasil meski hanya separuh, tapi Lisa sudah menggelinjang gelinjang entah kesakitan atau ke-enak-an. Kisah ABG

Kupegang tangannya dan dia meremasnya dgn kuat saat Andi berusaha mendorong lebih dalam, memasukkan mili demi mili kemaluannya ke dalam kemaluan Lisa. Sementara kocokan Pak Reza juga tak kalah nikmatnya, goygannya semakin bervariasi menghunjam kemaluanku dari berbagai arah dan gerakan. Tangan kami saling meremas dalam kenikmatan.

Andi mulai mengocok Lisa dgn perlahan dan semakin lama semakin cepat, desah tertahan keluar dari hidung Lisa, dia kelojotan menerima kocokan Andi meskipun pelan menurutku, sambil meremas buah dada Lisa Andi mulai mempercepat dan menyodok dgn keras. Remasan tangan Lisa makin kencang, sekencang kocokan Andi padanya.

“Aaauughh..eeghh..ss” teriak Lisa tak dapat menahan kenikmatan yg diberikan Andi.
“sstt” bisikku sambil menutupkan tanganku ke mulutnya, meski aqu sendiri sedang terbakar nafsu dan kenikmatan.

Andi mengocok Lisa dgn penuh gairah nafsu, buah dada Lisa yg besar bergoyg goyg liar seiring dgn kocokannya, tapi segera dihentikan dgn kuluman Pak Martin yg sepertinya nggak rela membiarkan buah dada itu bergoyg sendirian.

Kokocakan Pak Reza sungguh bervariasi, baik kecepatan, arah maupun goygannya, sungguh trampil dia dalam bercinta, membuatku panas dingin dibuatnya.

Setelah puas mengocokku, Pak Reza menarik keluar kemaluannya, dan digantikan dgn Pak Martin mengocokku. Aqu berjongkok di kursi dan tanganku bersandarkan sandaran kursi hingga Pak Martin mengocokku dgn doggie style dgn tetap menghadap ke Lisa dan Andi dan juga Pak Reza yg kini berdiri di sisi Andi menunggu giliran sambil meremas dan mengulum buah dada Lisa yg montok manantang itu menggantikan posisi Pak Martin.

Andi mengocok Lisa makin ganas, dgn satu kaki terangkat di pundaknya sedang satu kaki lagi dipegang tangannya dgn posisi terpentang pasti kemaluan Andi melesak masuk ke kemaluan Lisa hingga menyentuh dinding terdalamnya, dgn disertai dorongan yg keras pasti Lisa sudah terbang ke awang awang kenikmatan.

Andi lalu memiringkan badan Lisa hingga dia menghadap ke arahku, lalu dia kembali mengocoknya dgn keras, buah dada Lisa ikut bergoyg goyg seirama kocokan Andi. “gila hebat juga ini anak” batinku.

Kocokan Pak Martin tak terlalu kuperhatikan karena setelah mendapatkan Pak Reza punya Pak Martin taklah terlalu berasa meski aqu bisa menikmati sedikit kenikmatan yg berbeda, dgn melihat bagaimana Andi memperlaqukan Lisa aqu bisa dgn cepat bergairah kembali, maka kugoygkan pantatku melawan gerakan Pak Martin, secepat kocokan Andi pada Lisa, aqu begitu horny dibuatnya, sambil berharap supaya Andi tak orgasme di kemaluan Lisa terlebih dahulu supaya aqu bisa menikmati semprotan pertamanya.

Sambil menunggu giliran yg belum juga diberikan Andi, Pak Reza menggapai buah dadaqu dan tangan satunya meremas buah dada Lisa yg lebih montok seolah hendak membandingkan, kedua tangannya meremas dua buah dada yg berlainan bentuk dan ukuran.

Aqu sudah khawatir cemas kalau ternyata Andi menyemprotkan spermanya di kemaluan Lisa terlebih dahulu, karena sudah cukup lama dia mengocokkan kemaluannya ke kemaluan Lisa, sudah setengah jam lebih.

“gila kuat juga si Andi ini” batinku.

Kini Andi mengocok Lisa dgn posisi doggie di atas kursi, meniru posisiku hingga kami saling berhadapan, buah dada Lisa yg besar menggantung dan bergoyg dgn indahnya ketika Andi mengocoknya, Pak Reza yg masih menunggu giliran dari Andi duduk di meja antara kami, hingga kami bisa mengulumnya secara bersamaan antara kuluman dan jilatan. Lisa mengulum maka aqu menjilati sisanya begitu juga sebaliknya, dua lidah di satu kemaluan.

Mendapatkan perlaquan seperti itu dari dua wanita cantik seperti aqu dan Lisa membuat Pak Reza merem melek, tangannya meremas rambutku juga rambut Lisa. Sepertinya Lisa sudah bisa merasakan nikmatnya kemaluan Andi yg besar itu hingga dia bisa membagi konsentrasi dgn kuluman pada kemaluan Pak Reza.
Andi menghentikan kocokannya dan menyerahkan Lisa ke Bos-nya dan mereka bertukar tempat, Andi mengganti posisi pada mulut Lisa setelah terlebih dahulu memutar kursi Lisa menjauh dariku, kecewa juga aqu dibuatnya karena tak bisa menikmati kemaluan Andi itu, ingin minta tapi masih ada perasaan segan atau gengsi. Masih bisa kulihat dgn lebih jelas betapa nikmatnya kemaluan Andi itu hingga Lisa mengulum dgn ganasnya meski tak bisa memasukkan semuanya.
Aqu yakin Lisa kurang bisa menikmati Pak Reza setelah merasakan kemaluan Andi. Kocokan Pak Martin tak kuperhatikan lagi, tapi aqu lebih menikmati kuluman Lisa pada kemaluan Andi itu meski Pak Martin mulai melaqukan variasi gerakannya, tangannya mengelus punggung dan buah dadaqu, dia lalu memutar kursi hingga Aqu dan Lisa berjejer, tapi Andi malah menggeser badannya ke sisi lain malah menjauhiku.

Pak Reza meremas buah dadaqu sambil mengocok Lisa, sementara Pak Martin meremas buah dada Lisa sambil mengocokku dan Andi meremas remas buah dada montok yg satunya dari sisi lainnya, kini Lisa mendapat servis dari tiga orang, sementara aqu menginginkan Andi tapi dia selalu menghindariku sepertinya dia segan menyentuhku.

“come on Andi, satu remasan atau satu kuluman saja darimu, I need you” jerit batinku tapi kembali rasa gengsi sebagai Bos terhadap dia masih tinggi. Andi berciuman dgn Lisa sambil tangannya tetap meremas buah dadanya, aqu iri melihatnya, bahkan ketika Pak Reza dan Pak Martin bertukar tempat, Andi tetap tak mau beranjak ke arahku. Kembali aqu mendapat kocokan dari Pak Reza, oh much better than before, kurasakan kenikmatan kembali dari Pak Reza, ouh betapa nikmatnya sodokan dan kocokan beliau jauh lebih nikmat dibanding dgn Pak Martin tadi, kini aqu kembali tenggelam dalam kenikmatan birahi. Tapi itu tak berlangsung lama ketika Pak Reza dan Pak Martin bertukaran tempat lagi, hingga tiga kali.

Tak lama kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aqu dibuat iri pada Lisa saat Pak Martin dan Andi bertukar tempat, Lisa sudah mendapat kocokan Andi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan badannya menggeliat ketika Andi memasukkan kembali kemaluannya tapi tak lama setelah itu dia sudah mulai mengulum kemaluan Pak Martin. Pak Reza kembali meremas remas buah dada Lisa sambil mengocokku tapi Andi tak mau melaqukan hal itu padaqu, dia tetap serius mengocok Lisa sampai berulang kali dia menggeliat ketika Andi mengocoknya dgn keras. “Lisa sudah mendapatkan tiga kemaluan, di mulut maupun kemaluan, tapi aqu baru dua, itupun kurang memuaskanku” teriak batinku.

Kupandangi wajah Andi ketika mengocok Lisa begitu ganteng dan cool, expresinya tak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yg menetes membasahi badannya yg atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun Andi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aqu tak tahu.

Kuhibur diriku dgn berkonsentrasi pada kocokan Pak Reza, aqu tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Andi, maka kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama, maka menyemprotlah spermanya ke kemaluanku dgn kencangnya, kurasakan denyutan yg keras dari kemaluannya di dalam kemaluanku seakan menghantam dinding rahimku. Bersamaan dgn semprotan Pak Reza, ternyata Pak Martinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.

Pak Reza menarik kemaluannya yg sudah lemas begitupun dgn Pak Martin, aqu belum mencapai orgasme, hanya satu kemaluan yg masih berdiri yaitu Andi, akhirnya aqu harus mengalahkan gengsiku yg dari tadi mencegahku.

Kuhampiri Andi yg sedang menyocok Lisa, dari belakang kupeluk dia hingga badan telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu, aqu elus dadanya yg bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dgn lebih keras.
Merasa belum mendapat respon darinya, aqu bergeser ke depan, kujilati puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Andi masih tetap tak mau menyentuhku malah makin cepat mengocok Lisa, maka kupegang tangannya dan kuletakkan di buah dadaqu, kugosok gosokkan, barulah dia mulai merespon dgn remasan halus tanpa berhenti mengocok Lisa, lalu kucium bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaqu dan diciumnya bibirku dgn penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas rindu berat, mungkin dari tadi Andi memang menginginkanku tapi tak berani.
Ciuman pada bibirku yg penuh nafsu tak menghentikan kocokan pada Lisa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan berhenti di kedua putingku. Dgn penuh nafsu dan dgn liarnya dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah dadaqu. Ouuhh aqu menggeliat dalam kenikmatan yg indah.

Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yg sedang mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dgn hebatnya, terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyg goygkan seperti orang yg kesetanan, beberapa detik kemudian badannya melemas di atas kursi dgn napas terputus putus.

Bersamaan dgn ditariknya kemaluan dari kemaluan Lisa, dia mendorong badanku ke bawah lalu disodorkannya kemaluan besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga kemaluan anak buah kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aqu tak mampu mengulum kemaluan itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari kemaluan Lisa tercium olehku tapi tak kupedulikan, Andi memegang kepalaqu dan mengocokkan kemaluannya di mulutku dgn liar, hampir aqu tak bisa bernafas.

Lisa sudah duduk di antara Pak Martin dan Pak Reza, kemudian Andi memintaqu duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya, kuraih kemaluan besar yg dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir kemaluanku dan kuarahkan masuk, ternyata Andi tak mau terlalu lama bermain main di luar, dgn keras di sodoknya kemaluan besar itu masuk ke kemaluanku.

“OOUUGGHHh” teriakku spontan lalu kututupi mulutku dgn tangan sambil melotot ke arahnya.

Kemaluanku terasa penuh hingga aqu tak berani menggerakkan badanku, tapi Andi seperti tak peduli, langsung mengocokku dgn cepat dan keras, kurasakan kemaluannya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di kemaluanku, begitu nikmat hingga seakan aqu melayg layg dalam kenikmatan birahi yg tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua tangannya meremas dgn keras kedua buah dadaqu dan memilin ringan putingku sambil mencium bibirku dgn ganasnya.

Begitu liar dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yg lama tesimpan, kocokannya yg keras seakan mengaduk aduk kemaluanku. Kulawan gerakannya dgn menggerakkan pinggulku secara acak, dan aqu mendapatkan kenikmatan yg bertambah.

Entah sudah berapa lama kami bercinta di kursi hingga dia memintaqu untuk rebah di karpet lantai ruangan, lalu segera dia menyebadaniku, badan atletisnya menindih badanku sambil pantatnya turun naik mengocok kemaluanku, ciumannya sudah menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yg terlewatkan.

Aqu mengagumi kekuatan fisik Andi yg begitu kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di seluruh badan. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan Andi di atas badanku.

Selanjutnya kami bergulingan, kini Andi telentang dan aqu duduk di atasnya, secepatnya kugoygkan pantatku mengocok kemaluan Andi, goyganku kubuat tak aturan dan banyak variasi hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali meremas buah dadaqu dgn kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan kemaluannya ke mulutku, kugapai dan langsung kukulum dgn gairahnya sambil tetap menggoyg pantatku. Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan kemaluannya di mulutku sambil memegangi kepalaqu. Tak mau kalah Andi kemudian ikutan menggoygkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan birahi.

Andi lalu duduk hingga badanku berhadapan dalam pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoygkan pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada kemaluan Pak Reza, Andi menjilati seluruh leher dan dadaqu, disedotnya putingku dgn keras, kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi tak kuperhatikan.

Akhirnya kurasakan badan Andi menegang dan sedetik kemudian kurasakan kepala kemaluannya membesar memenuhi rongga dalam kemaluanku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan sedotan di dadaqu terasa semakin kuat, denyutannya membuat aqu terbang melayg tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka aqupun orgasme saat kemaluan Andi sedang berdenyut dgn hebatnya di kemaluanku, kami sama sama menggapai orgasme dalam waktu yg relatif bersamaan, badanku sudah mulai melemas tapi kemaluan Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap duduk di atas Andi, tangan Andi masih meremas dgn lembut kedua buah dadaqu, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian berdenyutlah kemaluan Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma keluar dari kemaluan itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas dgn sendirinya.

Aqu terkulai lemas di atas badan Andi, anak buahku itu, dan dia membalas dgn ciuman dan elusan di punggung telanjangku, beberapa saat kemudian aqu tersadar dan berdiri menjauhinya, duduk kembali di kursi.

Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan kemaluan Andi masih mengganjal kemaluanku. Baru aqu sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Andi pada dada dan sekitar buah dadaqu, kulirik Andi tapi dia tak memperhatikan.

Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aqu menandatanganinya. Sementara Pak Martin sebagai saksi, ikut menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yg masih telanjang.

“Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang” usul Pak Martin

Aqu hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Martin, kukenakan kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Martin yg masih bujangan itu. Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap, kubereskan dokumen yg berserakan di lantai maupun meja dan kuberikan semuanya ke Andi.

Dan selesailah official meeting hari ini.

Sebenarnya aqu tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yg di awali seperti ini terus terang membuat aqu taqut, tapi apa bedanya dgn para bisnisman lainnya yg memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan proyek, toh proyek itu jalan juga.

Setelah makan siang, aqu dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah, Aqu dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaqu, hal seperti inilah yg tak aqu inginkan.

“Andi apapun yg telah terjadi adalah tak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua” kataqu pada Andi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.

Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah.
Aqu tak pernah bisa memenuhi kata kataqu sendiri seperti yg aqu pesan di atas, karena bercinta dgn Andi terlalu nikmat untuk di tinggalkan.



0 comments: